Mahasiswa Observasi Rajabasa, Daerah Terdampak Langsung Tsunami Selat Sunda

Oleh: Muhamad Abdul Azis

Lampung Selatan. Senin (29/4/2019) peserta Kuliah Kerja Lapangan (KKL) tahap 3 melakukan observasi di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan. Rombongan disambut langsung oleh Bupati Lampung Selatan Nanang Hermanto yang hendak meninjau wilayah yang terdampat banjir.

Mahasiswa dan dosen pembimbing kemudian disambut di aula kantor bupati Lampung Selatan. Prof. Dr. Darsiharjo, M.Sc. menyampaikan jika Kabupaten Lampung Selatan kawasan strategis dan memiliki kekayaan alam yang begitu banyak, juga memiliki potensi bencana. “Alam itu tidak menimbulkan bencana, tapi itu bagian dari proses yang alam lakukan,” jelasnya.

Beliau pun memberi masukan kepada pemerintah daerah Lampung Selatan untuk menjadikan pendidikan mitigasi bencana masuk ke dalam kurikulum di sekolah. “Jika pendidikan kebencanaan masuk kurikulum. Kita paham jika Anak Gunung Krakatau itu bukan sumber musibah tapi sumber berkah,” ungkapnya.

Supriyanto, S.Sos. selaku asisten bidang pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat, senada dengan Prof. Dr. Darsiharjo, M.Sc. jika Kabupaten Lampung Selatan kini mulai banyak dilirik investor karena memiliki akses jalan tol, pelabuhan hingga bandara. “Banyak pengusaha dan investor dari Jakarta yang mulai melirik dan berinvestasi di Lampung Selatan,” jelasnya.

Peristiwa tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018, menjadi pembelajaran tersendiri bagi masyarakat Lampung Selatan jika mitigasi bencana itu begitu penting terutama diajarkan di sekolah-sekolah. “Melatih peserta didik suatu kenyataan yang harus dilakukan,” terang Supriyanto, S.Sos.

Setelah kegiatan pembukaan observasi di kantor bupati, rombongan menuju lokasi penelitian di Kecamatan Rajabasa. Lokasi ini merupakan wilayah yang terdampak tsunami akhir tahun kemarin, masih terlihat reruntuhan rumah yang terdampak tsunami Selat Sunda di dekat bibir pantai Rajabasa.

Di Rajabasa, mahasiswa melakukan observasi mengenai kawasan yang memiliki kerawanan terhadap bencana tsunami yang sewaktu-waktu bisa kembali timbul. Dengan bantuan instrumen dan peta rawan tsunami yang sudah dibawa dari Bandung, mahasiswa mengobservasi tingkat kerawanan tsunami mulai dari kelas rendah, sedang dan tinggi.

Yanfau Rizki menyampaikan bahwa dirinya senang dapat berinteraksi langsung kepada masyarakat, masyarakat yang terdampak tsunami Selat Sunda begitu ramah ungkapnya. “Harus ada pendampingan secara intensif kepada masyarakat yang terkena dampak, sampai trauma itu hilang dan masyarakat kembali hidup secara mandiri,” ungkapnya.