WORKSHOPS/CONSULTANCY FOR CURRICULUM DEVELOPMENT FOCUSING ON PROJECT-BASED LEARNING FOR LECTURERS ANTARA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) DAN UNIVERSITI MALAYA (UM).

WORKSHOPS/CONSULTANCY FOR CURRICULUM DEVELOPMENT FOCUSING ON PROJECT-BASED LEARNING FOR LECTURERS ANTARA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) DAN UNIVERSITI MALAYA (UM).

Penulis : M Akmalul I N, Yohanna Fitri M, Hana

Editor : Daffa F.F

Pada tangga 6 – 7 september 2021 dilaksanakan Workshops/Consultancy for Curriculum Development focusing on Project-Based Learning for Lecturers antara Program Studi Pendidikan Geografi , Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universiti Malaya (UM).

Workshop diawali dengan pembukaan oleh Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia dan Dekan Faculty of Education, Universiti Malaya. Workshop di hari senin dibagi menjadi 2 sesi yaitu sesi pagi dan sesi siang. Pada sesi pagi terdapat 2 workshop. Pertama workshop bertema Curriculum Development Based on Project-Based Learning yang dibawakan oleh Associate Professor Dr. Norlidah Alias (NA).

1. Curriculum Development Based on Project-Based Learning

PBL (Project Based Learning) merupakan salah satu metode belajar dimana siswa mengidentifikasi masalah dunia nyata dan menemukan solusinya untuk permasalahan tersebut. beberapa manfaat menggunakan PBL adalah sebagai berikut

  1. Mendukung Pembelajaran Sepanjang Hayat
  2. Sesuai dengan studi kasus dunia nyata
  3. Mendukung penilaian formatif dan autentik
  4. Mendukung siswa untuk semakin aktif dalam pembelajaran
  5. Mendukung imajinasi dan visusalisasi

Beberapa ide maslaah yang dapat digunakan yaitu Film Dokumentasi, Mendesain ulang transportasi publik, Mendesain ulang sekolah, dan Mendesain buku pelajaran.

2. Strategies for Project Based Learning: Virtual Environment for Immersive Learning

Kedua workshop bertema Strategies for Project Based Learning: Virtual Environment for Immersive Learning yang dibawakan oleh Assoc. Prof, Dr Dorothy DeWitt (DD). Karakteristik kelas yang harus dipenuhi untuk melaksanakan PBL (Project Based Learning) adalah sebagai berikut:

  1. Terdapat Learning Space : Learning Space penting untuk mendukung siswa dalam pembelajaran berbasis proyek.
  2. Akses Informasi yang memadai : Informasi yang memadai akan membantu Analisa dan pencarian solusi siswa
  3. Teknologi yang sesuai dengan tujuan belajar : Teknologi yang ada perlu disesuaikan dan digunakan sesuai tujuan belajar
  4. Pengajar haruslah seseorang yang ahli : Kurikulum didalam PBL seringkali bersifat tak terduga sehingga butuh guru yang ahli agar menuntun pembelajaran dengan benar

Salah satu learning environment yang bisa digunakan untuk pembelajaran adalah virtual reality. Virtual reality merupakan sebuah alat untuk mensimulasikan gambar yang dibuat oleh computer secara langsung di sebuah lokasi artifisial yang berinteraksi secara sinkronus dengan sebuah interface yang dapat melacak dan menampilkan aksi pengguna.

Berdasarkan aplikasinya VR terbagi menjadi 2 yaitu: Dekstop VR (Low Immersive Virtual Environment) dan Weareable VR (High Immersive Virtual Environment). Ada beberapa perangkat yang bisa digunakan untuk menikmati VR seperti: Samsung Gear VR dan Oculus Go (Untheathered Device) Serta Oculus Rift dan HTC Vive (Theathered Device).

3. Creating 3D object for project Based Learning

Dr Nor Nazrina Mohamad Nazri menjelaskan bagaimana pembuatan 3D yang di aplikasikan dalan Project Based Learning ini. Aplikasi yang figunakan dalam pembuatan 3D adalah SkecthUp atau yang linknya adalah https://www.sketchup.com/products/sketchup-for-web dalam sketchup ini proses pembuatan 3D ini dengan internet. Sketchup adalah aplikasi programming yang digunakan antara lain mendesaign tv,mechanical, engineering, film dan juga video game.

Sketchup bisa berupa softfile dalam RM600 JDT dan bisa digunakan di smartphone ataupun komputer/laptop. Proses pembuatan 3D pun tidak sembarang dibuat, tutorial cukup sulit namun sebenernya membantu memudahkan sehingga dalam sketchup ada beberapa tools yang digunakan untuk mengcreate 3D tersebut.

Ada 3 cara dalam pembuatan 3D di sketchup yaitu:

  1. 3D pemodelan program komputer untuk berbagai aplikasi menggambar seperti desain interior arsitektur, teknik sipil dan mekanik, film, dan desain video game.
  2. Semua tujuan penangkal komputer mahal yang rumit – perangkat lunak desain berbantu (CAD) untuk membuat gambar yang sangat rinci dan kaya untuk mengekspresikan desain.
  3. Menawarkan antarmuka pengguna yang cepat, mudah, intuitif yang membawa kemampuan desain 3D ke semua orang yang terhubung ke proyek, memungkinkan siapa pun untuk memodelkan dalam 3D dengan cepat dan akurat

Dan juga ada beberapa features dalam skecthup yaitu :

  • Pengukuran yang akurat
  • Mengekspor gambar vektor 2D
  • Tepi dan wajah
  • Ekspor Model 3D

4. Teknologi Drone sebagai Project Based Learning

Workshop dilanjutkan Pada hari Selasa (7/9/2021), kali ini workshop bertemakan Teknologi Drone sebagai Project Based Learning dengan pembicara berasal dari dosen Univesiti Malaya yaitu Dr. Syarif (drSNPro Legacy).

Dalam workshop ini dipaparkan bagaimana Drone digunakan sebagai inovasi dalam kegiatan pembelajaran. Disebutkan bahwa penggunaan drone sebagai metode pembelajaran akan dapat menunjukkan hasil aktual suatu area sehingga dapat memberikan benefit kepada masyarakat dari berbagai fenomena yang dilihat dari udara. Selain itu, dengan menggunakan drone dalam kegiatan pembelajaran juga dapat mengeksplor lebih jauh dari berbagai sudut pandang suatu area sehingga dapat terlihat lebih jelas sumber permasalahan dari area tersebut khususnya dalam metode Project Based Learning.

Dalam sesi workshop dari pukul 09.00 WIB – 12.00 WIB ini, Dr. Syarif memperlihatkan bagaimana hasil video pengambilan drone yang dapat merekam area yang luas yang bermanfaat pula bagi pemetaan atau dalam menggambarkan suatu area. Meskipun disebutkan memiliki berbagai keunggulan dalam menunjang pembelajaran, teknologi drone-pun memiliki risiko dalam penggunaannya terutama terkait dengan pilot atau pengguna dalam mengendalikan drone. Maka dari itu, diperkenalkan suatu software simulator untuk mempelajari bagaimana cara menerbangkan drone.

Dr. Syarif juga memaparkan bahwa Drone-Based Learning ini merupakan hasil irisan antara pedagogi, ruang, serta teknologi dengan harapan metode pembelajaran seperti ini dapat menyelaraskan diri dengan perkembangan Revolusi Industri 4.0 pada saat ini.

5. Assessment Project Based Learning

Workshop dilanjut oleh Dr Mohd Nazri Abdul Rahman membahas strategis based learning implementation yang akan dijalankan. Assessment project based learning ini salah satu aktivitas dimana pendidik memberikan “on the wings of love me in detail” yang seluruh siswanya dalam proses pembelajarannya mudah menjelaskan dan mengerti saat dijelaskan dengan memberikan fokus kepada critical thinking celebration, communication, innovation, dan kreativitas dimana pendagogik ditekankan pada pemusatan siswa dan juga lebih ke active learning. Kita pastikan bahwa setiap project mempunyai objektifnya sendiri dan mengahasilkan skill dan passion dari pelajarnya tersebut.

Ada 3 project discussion outline yaitu:

  1. Project based learning
  2. Project based learning’s implementation
  3. Assement in project based learning

Dr Mohd Nazri ini menjelaskan akan ada 3 project based learning yang digunakan dengan bentuk 3D project dan bagaimana kita mengimpelemtasikan sesuai kurikululum yang ada. Pendidik membuat dalam bentuk lesson plan dan dilaksanakan secara terperinci dan diproses. Project based learning melakukan project dengan tujuan yaitu:

  • Instruksi yang terintegrasi ke dalam proyek
  • Didorong oleh penyelidikan siswa
  • Berfokus pada produk dan proses
  • Selaras dengan standar akademik dan keterampilan sukses
  • Melibatkan kolaborasi dengan siswa dan bimbingan di kelas guru
  • Memiliki konteks dan aplikasi dunia nyata
  • Hasil proyek yang dibagikan di luar kelas dengan audiens publik

Contohnya nya dalam https://padlet.com/mohdnazri_ar/ProjectBasedLearning dimana pendidik memuat sebuah konten materi yang akan diakses siswanya dan juga siswa akan diberi pandangan mereka dalam memahami materi tersebut begitupun siswa dapat memuat tugas yang diberi oleh guru dan guru pun dapat menilai dan memberi pendapat mengenai tugas siswa yang sudah dikerjakan.

Bisa kita ketahui bahwa assessment based learning ini bisa dilaksanakan secara individu maupun kelompok dan dua-duanya sangat penting agar pendidik bisa menafsirkan berapa persen siswa dan juga guru menggunakan assessments kelompok maupun individual. Ada 5E dalam assessments learning yang diperhatikan yaitu:

  • Engage : Learners working with a real world issue that is presented in an authentic manner
  • Explore : Exploration of the topics begins with a ‘big question’ pr multiple medium and extends over weeks or months
  • Explain : Students describe ideas in their own words
  • Elaborate : Learners connect with experts or ‘knowledgeable others”
  • Evaluate : Learners present their findings to others in insightful ways

Kriteria assessment in project based learning ada 7 kriteria yaitu:

  1. Kelompok atau individu: metode ini dapat dilakukan baik dalam kelompok atau secara individual.
  2. Penilaian: penilaian dilakukan pada setiap langkah sampai produk finishing selesai.
  3. Interaksi: interaksi antara guru dan siswa adalah melalui bimbingan dan guru dikonsultasikan pada setiap tahap.
  4. Prosedur: guru harus menjelaskan dengan jelas prosedur dan harapan.
  5. Proses: proses termasuk memperoleh informasi dan data pemrosesan materi, data dan informasi, pelaporan data dan penilaian diri.
  6. Hasil: hasil belajar yang diperoleh dari pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kemampuan siswa.
  7. Orientasi: proyek berputar di sekitar konteks dunia nyata.

Doc. Penulis