GEO-SANS Apa Beneran Santai?
Oleh: Siti Hayati Zakiyah
Senin, 13 September 2019 telah dilaksanakan GEO-SANS (Geography Smart and Scientific) di Auditorium FPIPS UPI. GEO-Sans sendiri merupakan kegiatan tahunan yang diadakan oleh Departemen Pendidikan Himpunan Mahasiswa Geografi dalam rangka meningkatkan performa universitas (secara akademik) dan individu mahasiswa dalam menghadapi tantangan pekerjaan di era 4.0. Pada kegiatan ini Dr. Ahmad Yani M. Si selaku ketua Departemen mengatakan, “PKM adalah ajang bergengsi di kalangan mahasiswa untuk meningkatkan kualitas universitas. Oleh karena itu, output dari kegiatan ini diharapkan ada mahasiswa geografi yang lolos pimnas sehingga mampu mengunggulkan nama geografi UPI”.
Asep Dahliyana yang merupakan reviewer sekaligus pembimbing program PKM Mahasiswa dan telah berkali-kali lolos PIMNAS mengutarakan beberapa alasan yang mengharuskan mahasiwa untuk menulis sekaligus kesalahan-kesalahan terbesar penulis atau peneliti yang menyebabkan mereka tidak bisa melanjutkan ke tingkat penjaringan setelahnya. Menurut beliau, ketidakpatuhan terhadap sistematika dan kesalahan memilih partner dalam membuat PKM menjadi parameter terbesar yang mengharuskan karya PKM tak bisa meluncurkan orbitnya.
Setelah pematerian usai dan peserta diminta untuk membuat masing-masing kelompok sesuai dengan minat PKM, eksekusi terhadap judul dilakukan. Hal inilah yang membuat pematerian menjadi semakin menarik dan berhasil menyedot perhatian mahasiswa, seakan sedang melakukan bimbingan PKM langsung dengan ahlinya. Setelah sesi pematerian pertama selesai, waktu istirahat dimulai untuk membuka sesi kedua.
Pematerian kewirausahaan yang dibawakan oleh Heny Hendrayati membekaskan memori sendiri bagi para peserta. Tanggap dengan situasi yang sudah tidak kondusif Bu Heny berusaha ‘mencuri’ perhatian dengan doorprize buku dan cokelat untuk para peserta terpilih. Dalam pematerian kedua, pemaparan tentang ‘ganasnya’ industri 4.0 menjadi momok menantang sekaligus mengkhawatirkan – terlebih mengingat kondisi generasi millennial saat ini. Oleh karena itu, peluang usaha kuliner, fashion, kriya, dan penerbitan sedang happening dan digandrungi oleh para start-up kedepannya, diharapkan bisa menjadi motivasi sendiri bagi mahasiswa selaku agent of change dalam menjawab tantangan bonus demohrafi 2020, sekaligus mewujudkan ekonomi Indonesia yang mandiri.