Penyuluhan Mitigasi Bencana di Tengah Pandemi Covid-19

Penulis: Salik Majid (1805538)

Editor: Muhammad Arizqi 

[ 22 November 2020 ] – Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana, Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana alam tinggi, seperti letusan gunungapi, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kerawanan gempa yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kerawanan gempa di Amerika Serikat.

Pada masa pandemi COVID-19, banyak kegiatan yang dilakukan dari rumah, mulai dari pendidikan, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Pada masa pandemi ini lingkungan sekitar kita bisa saja menjadi tempat yang rawan akan tersebarnya virus COVID-19. Protokol kesehatan harus dilaksanakan oleh setiap masyarakat Indonesia dalam segala kegiatan yang dilakukan di luar rumah.

Sebagai Mahasiswa Departemen Pendidikan Geografi yang mengkaji upaya mitigasi bencana dan harus memiliki pengetahuan akan potensi bencana serta dapat mengimplementasikannya. Maka dari itu perlu adanya pematerian yang dilakukan agar peserta didik khususnya siswa dan siswi SMA Negeri 22 Bandung dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan ketika terjadi suatu bencana. Selain memberikan ilmu-ilmu tambahan terkait kebencanaan kepada peserta didik, pematerian ini juga dapat bermanfaat bagi masyarakat, umumnya saat mahasiswa yang telah di berikan pemahaman tentang lingkungan memberikan sosialisasi atau penyuluhan.

Doc. Penulis

Topik yang dibahas pada saat kegiatan penyuluhan kegiatan ini adalah pemahaman terkait mitigasi bencana, pemahaman aktif dalam upaya penanggulangan bencana dan cara mitigasi bencana ketika pandemi covid-19. Dengan materi yang diberikan diharapkan peserta mampu memahami dan mempraktekkan mengenai mitigasi bencana.

Seperti yang disampaikan Bapak Wahmub Abdurrahman, ST pemateri dari BPBD Kota Bandung, Jawa Barat dikenal sebagai universitas bencana, dengan adanya itu kita dapat memberikan pembelajaran kepada yang lain mengenai bagaimana cara kita melaksanakan penanggulangan bencana di Jawa Barat. Berbagai kajian kebumian, menunjukkan bukti bahwa Sesar Lembang merupakan sesar aktif, aktivitas Sesar Lembang menunjukkan bukti geomorfik (bentuk rupa bumi) yang terlihat jelas, seperti Gunung Batu di Kabupaten bandung Barat dan tebing Keraton di Kabupaten Bandung. Sesar Lembang memiliki panjang 29km dan merupakan sesar oblique yaitu sesar dengan komponen geser ke kiri dan komponen sesar naik.

Menurut data, dari 27 Kabupaten Kota di Jawa Barat, 16 Kabupaten memiliki risiko tinggi terhadap bencana dan sisanya memiliki risiko sedang. Jika di rata-ratakan per hari nya Jawa Barat mengalami 3 kali bencana. Dengan risiko yang tinggi tersebut Pak Wahmub memberikan filosofi penanggulangan bencana:

  1. Jauhkan bencana dari manusia
  2. Jauhkan manusia dari bencana
  3. Beradaptasi dan hidup harmoni dengan bencana
  4. Mendorong kearifan local sebagai kekuatan utama

Pemateri yang kedua dari Bapak Harry Hardiawan, S.Pd, MM menjelaskan Ketika terjadi bencana seperti gempa di lapangan ada beberapa risiko yang terjadi yaitu cedera, kematian, kerusakan bangunan, dan kehilangan pekerjaan. Hal yang dapat dilakukan sebelum terjadinya gempa yang dapat meminimalisir risiko adalah dengan penentuan jalur evakuasi dan titik kumpul, pembentukan tim keselamatan yang dapat terdiri dari (pekerja, satpam, OB, penjual di kantin, TU, dll), penyediaan alat keselamatan dan pertolongan, yang harus disiapkan adalah alat evakuasi biasanya yang ada di area tersebut adalah alat pemadam kebakaran yang bisa meminimalisir risiko kebakaran pada area tersebut. Pelatihan dan simulasi juga menjadi salah satu kegiatan yang harus diadakan sebelum bencana agar memberikan ilmu dan pengetahuan kepada masyarakat untuk meminimalisir risiko bencana.