Peran Leadership Pendidikan Geografi dalam Merespon Kebijakan Kampus Merdeka

Peran Leadership Pendidikan Geografi dalam Merespon Kebijakan Kampus Merdeka

Penulis: Riki Ridwana

Bandung (7/02), Ketua FORPIMGEO (Forum Pimpinan Geografi) Prof. Dr. Baiquni, M.A menjadi narasumber dalam kegiatan forum group discussion di Gedung Muhammad Nu’man Somantri FPIPS UPI. Beliau memaparkan peran leadership pendidikan geografi dalam merespon kebijakan kampus merdeka. Menurut beliau esensi dari kebijakan tersebut telah sejak lama dilakukan oleh para pendahulu sebelumnya. Geografi sebagai ilmu yang mempelajari manusia dan lingkungannya tidak luput dari kajian socio temporal, yang memberikan dampak socio transformation dan spiritual transendental, artinya geografi hadir untuk memberikan perbaikan dalam masyarakat dan tidak melupakan kewajiban manusia sebagai pemimpin di muka bumi.

Kegiatan yang dibuka oleh Dekan FPIPS Dr. Agus Mulyana, M.Hum, dihadiri pula oleh para guru besar dan dosen di Departemen Pendidikan Geografi. Kehadiran ketua forpimgeo tidak disia-siakan oleh hadirin untuk menyampaikan ide gagasan untuk perbaikan geografi di kancah nasional. Antara lain Prof. Enok Maryani, Prof. Darsiharjo, Dr. Mamat Ruhimat, Dr. Ahmad Yani, Dr. Epon Ningrum, Dr. Iwan Setiawan, Dr. Lili Somantari, dan yang lainnya.

Ide-ide dan gagasan-gagasan tersebut antara lain tentang 10 Konsep geografi yang sudah sangat lama perlu dikaji ulang karena tidak ada konsep manusia di dalamnya, kurikulum di Indonsia supaya memasukan pelajaran geografi sejak dini, kemudian jangan sampai geografi menyesatkan contohnya seperti evaluasi lahan jangan asal bilang N padahal dengan inovasi bisa dimanfaatkan dan menghasilkan keuntungan besar, kampus merdeka harus ditegaskan lagi bukan semau gue harus merujuk pada peraturan undang undang. Selain itu setiap orang berhak mengakses pendidikan, berarti pemerataan fasilitas pendidikan mutlak dilakukan. Link and match perguruan tinggi dengan lapangan kerja perlu diperhatikan, selain dibangun pula critical thinking mahasiswa.

Langkah konkrit yang dapat dilakukan mohon ketika ada pertemuan IGI itu menghadirkan geograf yang berhasil supaya kemana lulusan itu akan terserap. Sehingga tercipta konektivitas akademik dengan lapangan kerja. Sedangkan untuk mendidik kepemimpinan mahasiswa diperlukan wahana khusus untuk mengekspose berbagai potensi yang ada. Artinya harus ada kompetisi untuk memunculkan juara, karena dalam kompetisi ada banyak kompetensi yang dapat tergali.

Geografi secara definisi perlu kembali dirumuskan sehingga mudah dipahami arah dan kebermanfaatan ilmunya, agar tidak terombang-ambing oleh cabang-cabang ilmu bantunya. Seperti misalnya kelautan, kehutanan, pertanian, tata ruang, ada kementeriannya sendiri, lalu dimana posisi geografi inilah yang perlu direvitalisasi dimulai dari definisi geografi. Tidak terlepas pula bagi guru-guru dan siswa di sekolah saat ini seolah geografi adalah pelajaran yang tidak dirasakan manfaatnya oleh peserta didik, sehingga mempelajarinya tidak dianggap penting karena belum bisa diajarkan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.