Penulis : Yesi Sopariah (1806195)
Editor : Annisa Nurjanah
Doc. Penulis
Mahasiswa tidak dapat dipisahkan dari kegiatan menulis. Menulis sudah menjadi jantung dari berbagai kegiatan mahasiswa. Salah satunya di dalam bidang jurnalistik. Rubrik Pena Geografi II yang telah dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 21 November 2020, mengangkat topik tentang kepenulisan di bidang jurnalistik. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring dan dihadiri oleh Bidang Kemahasiswaan dari Prodi Pendidikan Geografi, yakni Bapak Hendro Murtianto S.Pd., M.Si. dan Bidang Kemahasiswaan SaIG, yakni Bapak Riki Ridwana S.Pd., M.Sc. Di dalam sambutannya, pihak dosen memberikan apresiasi dan menyatakan bahwa kepenulisan jurnalistik sangatlah penting, terutama dalam mengisi konten website. Mahasiswa harus mampu mengembangkan skill kepenulisan dalam bidang jurnalistik. Sehingga Rupagrafi kedua ini menjadi wadah yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Kegiatan ini mengundang Salsabila Ramadhanty Surachman sebagai pembicara. Beliau merupakan salah satu anggota dari LPM Isolapos UPI yang sudah cukup berpengalaman dalam bidang jurnalistik. Di awal pematerian, pembicara yang akrab disapa Teh Salsa itu memaparkan makna dari jurnalistik serta perbedaannya dengan jurnalisme yang sering kali disalahpahami. Sejatinya jurnalisme sebagai dasar pemikiran dalam jurnalistik, sedangkan jurnalistik adalah cara seorang jurnalis untuk sampai pada pemikiran-pemikiran tersebut. Pada dasarnya, kedua hal tersebut berangkat dari dinamika masyarakat sehari-hari. Teh Salsa menyebutkan setidaknya terdapat 10 elemen dalam jurnalisme yang menjadi panduan bagi seorang jurnalis, atau disebut juga sebagai jantungnya seorang jurnalis dalam menulis.
Kesepuluh elemen dalam kepenulisan jurnalistik tersebut yaitu atas dasar kebenaran, loyalitas kepada rakyat, disiplin verifikasi (crosschek), komprehensif dan proporsional, mengikuti suara nurani, melibatkan warga dalam produksi konten, serta menyediakan forum untuk kritik maupun komentar publik. Menurut Teh Salsa, jurnalistik bukanlah sekadar seni untuk menulis berita. Akan tetapi jurnalistik adalah salah satu seni dalam berdemokrasi. Di mana seorang jurnalis harus bisa menempatkan diri sebagai wakil dari pihak-pihak yang terbungkam (voiceless) atau ter marginalkan, untuk menyampaikan suara-suara mereka.
Doc. Penulis
“Sebenarnya kunci dalam membuat berita yang berkualitas adalah dengan memperbanyak membaca dan menulis,” tutur Teh Salsa. Salah satu cara melatih diri dalam menulis berita adalah dengan melakukan penulisan review setelah membaca suatu bahan bacaan dan mendalami manajemen redaksi. Sebuah berita merupakan sumber penerangan publik, sehingga sudah seharusnya seorang jurnalis bertindak lebih kritis terhadap isu yang terjadi di Indonesia.
Di penghujung acara, Teh Salsa menyampaikan, “perbanyaklah menulis, karena dengan menulis kita akan mengetahui siapa diri kita. Kita dapat terus melestarikan demokrasi dan kebebasan bersuara”. Kegiatan Rupagrafi tentang jurnalistik ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran mengenai pentingnya jurnalistik.