KULIAH GEOGRAFI PEMBANGUNAN TINGKATKAN KEPEDULIAN MAHASISWA PADA SUNGAI CITARUM

KULIAH GEOGRAFI PEMBANGUNAN TINGKATKAN KEPEDULIAN MAHASISWA PADA SUNGAI CITARUM

*Mahasiswa Departemen Pendidikan Geografi angkatan 2016

Oleh: Muhamad Abdul Azis*

 

Kertasari, Kabupaten Bandung. Jumat (21/6/2019) mahasiswa Departemen Pendidikan Geografi angkatan 2016 melakukan kegiatan diskusi dan kunjungan ke Situ Cisanti Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Kegiatan ini merupakan bagian dari mata kuliah Geografi Pembangunan, karena Situ Cisanti merupakan titik 0 kilometer sungai Citarum dan mahasiswa ditantang untuk memberikan ide dan gagasan bagi pembangunan di Jawa Barat yang berkelanjutan dan sejalan dengan nilai-nilai kelestarian lingkungan.

Dr. rer. nat. Nandi, S.Pd., M.Sc., M.T. sebagai dosen pengampu mata kuliah ini yang turut serta membimbing kegiatan tersebut mengutarakan maksud kegiatan ini untuk mengembangkan model pembelajaran baru dalam perkuliahan dan menantang mahasiswa untuk membuat projek program pembangunan wilayah. “Projek yang mahasiswa buat harus sejalan dengan Program Citarum Harum yang dicanangkan pemerintah, alhasil tema beragam muncul dengan ide program pembangunan yang unik dan kreatif,” paparnya.

Dosen yang juga peraih gelar doktor dari Universitat Leipzig Jerman ini berharap ide-ide kreatif mahasiswa dapat dikembangkan secara nyata dan mendapat dukungan penuh dari lembaga pendidikan dan pemerintah karena kondisi Citarum saat ini yang semakin memprihatinkan. “Hasil ini tentunya bisa jadi bahan pertimbangan pemerintah provinsi Jawa Barat dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum,” usulnya.

Kegiatan yang diisi dengan focus group discussion ini melahirkan gagasan bagus dari mahasiswa untuk pembangunan wilayah Jawa Barat dan program Citarum Harum. Salah satu gagasan yang lahir adalah pertanian hidroponik dalam rangka mengurangi erosi daerah hulu sungai. “Harapannya dapat mengurangi sefi erosi dan alih fungsi lahan dan mengembalikan lahan untuk serapan air,” harap Lintang Mayori terhadap gagasan kelompoknya.

Berbeda dengan kelompok Lintang, kelompok dari Keshia Shania Lim berinovasi tentang instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk melakukan pengolahan terhadap limbah cair untuk menyaring zat kimia berbahaya sebelum dibuang ke sungai Citarum. “Sepanjang sungai itu banyak pabrik dan pemukiman padat, pabrik menghasilkan limbah cair dan pemukiman menghasilkan limbah rumah tangga yang sama mengandung zat kimia berbahaya, seringkali limbah tersebut dialirkan ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu, sehingga limbahnya mencemari sungai Citarum,” paparnya.

Adapula kelompok yang menawarkan kegiatan pendidikan dalam upaya membumikan program Citarum Harum, seperti yang dilakukan kelompok Lutfia Ismira Dewi yang mengkreasikan kegiatan Edutrip Citarum yang menjadikan Citarum sebagai sumber belajar bagi peserta didik dan mengenalkan wawasan cinta lingkungan. “Edutrip ini ingin mengenalkan lokasi baik dari hulu hingga hilir yang bermasalah dan berpotensi, nanti terdapat kegiatan penanaman pohon, membuat sistem bank sampah, pengolahan sampah menjadi barang berguna dan mengenalkan kebudayaan masyarakat setempat,” jelasnya.

Mahasiswa merasa senang dengan kegiatan ini karena melalui kegiatan ini mahasiswa lebih mengenal dan dekat dengan sungai Citarum, serta mahasiswa berharap supaya sungai Citarum dapat kembali lestari dan menghidupi Jawa Barat. “Praktikum kemarin membawa kami sebagai mahasiswa untuk lebih peka lagi terhadap masalah di lingkungan sekitar kami dan menemukan solusinya,” kenang Keshia.