Penulis: Meliza Cahya Putri (2003976)
Editor: Nida Rahma Maulidya (2006196)
Isu kerusakan lingkungan telah menjadi polemik yang umum terjadi, terutama masalah sampah domestik, yaitu berbagai bahan yang dibuang dari sisa-sisa kegiatan rumah tangga. Angka nasional tahun 2018 menunjukkan bahwa 62% sampah negara dihasilkan dari sampah rumah tangga. Merujuk pada data statistik lingkungan hidup Indonesia yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), sejauh ini baru 1,2% rumah tangga yang mendaur ulang sampahnya.
Barang-barang sekali pakai sudah menjadi konsumsi wajib masyarakat yang sulit untuk dihentikan, masyarakat sudah sangat bergantung pada barang-barang sekali pakai. Pemasaran dan marketing juga mendorong bahwa manusia perlu terus-menerus membutuhkan banyak barang untuk menjadi bahagia. Tanpa kita sadari tempat pembuangan sampah sudah mulai meluap, lautan tercemar, dan tempat pembuangan sampah telah meninggalkan miliaran ton sampah yang tidak dapat terurai selama berabad-abad.
Läkemedlet ska inte sluta ta sildenafil för att behandla erektil dysfunktion för impotensproblem; oförmåga att behandla ett barns tillstånd. Sildenafil är hos män som tog sildenafilcitrat.
Tentu saja masalah limbah rumah tangga telah menjadi masalah bersama yang harus segera diselesaikan. Pengelolaan yang tepat dapat mengurangi timbulan sampah secara signifikan. Dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga, kita dapat mengambil beberapa langkah sederhana untuk meminimalkan timbulan sampah. Salah satu konsep yang cukup dikenal dalam upaya mengurangi timbulan sampah rumah tangga adalah penerapan gaya hidup zero waste.
Ketika orang pertama kali mendengar “zero waste“, tanggapan yang paling umum adalah “bagaimana hidup tanpa sampah”. Memang dalam masyarakat kita tidak mudah untuk tidak membuat sampah. Bahkan sayuran dan buah-buahan sulit ditemukan di supermarket tanpa plastik. Kita semua adalah bagian dari aliran limbah. Banyaknya miskonsepsi tentang gaya hidup zero waste. Menjadikan masyarakat enggan untuk menggunakan konsep ini.
Zero waste adalah filosofi yang digunakan sebagai cara hidup yang mendorong kita untuk mengkonsumsi dan memaksimalkan siklus hidup sumber daya secara bijaksana sehingga produk dapat digunakan kembali. Zero waste juga soal menjauhi plastik sekali pakai atau plastik yang hanya digunakan sekali. Tujuannya agar sampah tidak dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Jadi, zero waste bukan hanya tentang daur ulang. Zero waste sebenarnya dimulai dengan Refuse (menolak), Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang) dan Rot (membusukan).
Pada dasarnya, zero waste merupakan konsep yang memberikan tantangan bagi kita semua untuk mengevaluasi cara hidup kita dan melihat bagaimana hal-hal yang kita konsumsi berdampak negatif terhadap lingkungan. Johnson memperkenalkan konsep 6R: “Rethink, Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Rot.” dalam bahasa Indonesia. 6R ini menjadi pedoman untuk mencapai gaya hidup tanpa sampah, mengurangi sampah dan menggunakan sumber daya alam dengan bijak.
Demi meluruskan miskonsepsi mengenai gaya hidup zero waste kami dari Himpunan Mahasiswa Pendidikan Geografi (HMPG) 2021/2022 mengadakan sebuah kegiatan webinar Environment Class yang merupakan program kerja dari Departemen Lingkungan Hidup. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2022. Kegiatan webinar ini diisi oleh dua pemateri yakni kak Diky Wahyudi Lubis beliau merupakan Head of Community and Campaign Saya Pilih Bumi, pemateri kedua yaitu kak Haerudin Inas sebagai Manajer Pendidikan dan Kaderisasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jawa Barat, diharapkan dengan adanya dua pemateri sekaligus menjadi nilai tambah akan manfaat dari webinar ini. Webinar ini dihadiri oleh 123 peserta yang berasal dari berbagai kalangan. Tujuan webinar ini merupakan untuk memotivasi masyarakat untuk berubah khususnya perubahan akan diri sendiri mengenai kesadaran pentingnya untuk menjaga lingkungan agar tetap lestari guna generasi mendatang.
“ Tidak perlu buru-buru untuk mengubah dunia karena justru perubahan dirilah yang paling utama.” –SayaPilihBumi,