Kuliah Kerja Lapangan II “Desa Karangtengah”

Kuliah Kerja Lapangan II “Desa Karangtengah”

Penulis: Kelompok KKL 2 Desa Karangtengah

Editor: Graceldha Naoko Limartha

 

KKL 2 Hari Pertama: Telaga Merdada

Pada hari pertama penelitian difokuskan pada objek wisata Telaga Merdada yang terletak di Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Luas Telaga Merdada sekitar 21 hektar dan merupakan salah satu telaga yang terluas di Dataran Tinggi Dieng, bisa ditempuh dengan jarak 3 km dari Desa Dieng.

Daya Tarik Wisata:

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan Wisata Telaga Merdada dirasa cukup menarik dilihat dari objek yang disajikan. Pada awal kedatangan, pengunjung akan disuguhkan dengan teluk yang cukup luas dengan taman bunga di sekelilingnya dan dinginnya udara Desa Karangtengah. Berdasarkan data-data sekunder sejatinya terdapat lebih dari satu kegiatan wisata aktif di Telaga Merdada dengan variasi kegiatan yang beragam seperti memancing, menaiki perahu, berkemah dsb. Akan tetapi, saat proses observasi terjadi, hanya aktivitas memotret saja yang memungkinkan terjadi. Untuk kebersihan sendiri lokasi wisata ini terbebas dari polusi udara dan limbah domestik. Terdapat pula tempat sampah pembuangan di sudut-sudut tempat wisata. Dari segi keamanan, dapat dikatakan objek wisata ini kurang dilengkapi dengan sistem keamanan yang memadai. Hanya terdapat dua rambu-rambu peringatan saja. Kenyamanan tercipta dengan udara yang sejuk serta minimnya lalu lintas yang mengganggu. Pada hari ini, tidak ada pengunjung atau wisatawan. Menurut salah satu warga, wisata yang berada di Karangtengah merupakan wisata berpaket, dimana Telaga Merdada dan wisata lainnya menjadi opsi untuk berwisata dengan alur titik pusatnya berada di Dieng. Selain itu, dipengaruhi oleh faktor cuaca pada bulan ini menjadikan sepi peminat wisata karena adanya faktor kabut dan lahan yang cukup miring menjadikan faktor bahaya bagi pengunjung untuk berwisata. Selain itu, faktor lain yang menjadi tidak adanya satu pun pengunjung adalah dari segi fasilitas yang disediakan juga kurang memadai serta pengembangan fasilitas obyek wisata oleh pengelola dinilai kurang maksimal sehingga hal tersebut mempengaruhi nilai dan daya tarik dari telaga Merdada. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada pedagang di sekitar, menyatakan bahwa telaga ini memang sangat sepi, sudah sekitar 4 tahun telaga ini sudah berhenti dikelola, hanya pengunjung lokal saja yang berwisata ke telaga ini dengan kegiatannya berupa memancing.

Sosial Ekonomi

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, terdapat 8 responden yang merupakan masyarakat Desa Karangtengah tepatnya yang bertempat tinggal di sekitar objek wisata Telaga Merdada. Mereka sudah tinggal disana sekitar 5-23 tahun dan banyak diantaranya yang berasal dari daerah Wonosobo. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani baik pemilik lahan ataupun buruh tani yang mengelola lahan milik pemerintah dan PT. Dieng Jaya, ada yang mengelola lahan hingga 30 hektar dan petani kecil yang mengelola sepetak lahan dengan ukuran 25m x 15 meter (menyewa lahan pemerintah sehingga sudah diatur luasannya). Para Petani utamanya menanam kentang, kubis, dan cabai yang dijual ke Bandung, Jakarta, bahkan Surabaya. Kentang dijual dalam masa panen 3-4 bulan sekali dengan penghasilan per masa panen yaitu 6-10 juta jika lahannya dalam skala kecil. Selain itu, ada juga penduduk yang bekerja sebagai pedagang, membuka toko sembako dan keperluan sehari-hari. Sekitar 3 responden menjawab bahwa mereka sebelumnya bekerja di Kalimantan sebagai pekerja di kebun kelapa sawit dan pertambangan. Dimana upah yang mereka dapatkan sangat besar yaitu sekitar 2,4 juta, 8 juta, dan 20 juta perbulan. Perihal Luas bangunaan atau rumah yang mereka miliki umumnya hanya seluas 25-50 meter jadi hanya ada bangunan tanpa halaman yang luas.

Rata-rata responden yang kami temui berumur 35-50 tahun dengan jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh yaitu 1 responden lulusan S1 dan sisanya lulusan SMP serta SD. Namun, anak-anak mereka berhasil menempuh pendidikan sampai lulus SMA bahkan ada 2 responden yang berhasil menyekolahkan anaknya sampai jenjang S1. Masyarakat di Desa Karangtengah masih kental akan kebudayaan islam, dimana masih banyak masyarakat yang mengadakan ruwatan pengajian, bahkan ketika ada acara pernikahan warga akan mengundang para kyai untuk berdoa bersama. Kemusian, Setiap satu tahun sekali, warga sekitar Telaga Merdada akan menyebar benih ikan bersama-sama, nantinya ketika sudah waktu panen ikan, warga bebas untuk memanfaatkan hasilnya. Selain itu, masyarakat di desa ini juga masih melakukan perayaan tradisi peringatan malam satu suro dengan pembacaan doa. Lalu pada saat diadakannya Festival Dieng, telaga merdada akan mengadakan atraksi kebudayaan seperti angklungan, wayang kulit, dan yang paling menarik ketika adanya upacara pemotongan anak gimbal, warga desa akan berkumpul di kawasan Candi Arjuna.

Fasilitas dan Aksesibilitas

Berdasarkan hasil dari observasi kajian yang telah dilakukan pada aspek fasilitas di titik ploting pertama yaitu di kawasan Telaga Merdada, Desa Karangtengah, Kecamatan Batur untuk fasilitas pendukung objek wisata tersebut pertama dari akses yaitu jalan raya cukup memadai namun di beberapa titik terdapat jalan yang tertutup lumpur. Untuk fasilitas seperti tempat pengelola objek wisata, pos keamanan, dan toilet sangat kurang memadai dan tidak terawat, sedangkan untuk lahan parkir nya terdapat lahan parkir yang luas dan memadai, dan untuk homestay terdapat sekitar 2-3 homestay dengan radius kurang lebih 2-3 Km dari lokasi objek wisata Telaga Merdada. Untuk pasar tradisional dan sistem pengelolaan sampah nya di tempat tersebut tidak ditemukan di sekitar objek wisata tersebut. Adapun hasil dari kajian observasi untuk aksesibilitas pada hari pertama di Desa Karangtengah, kami mengukur dan mengamati 9 titik plot atau jalan dengan kondisi diantaranya Jalan Merdada, Jalan Wanayasa- Dieng dan Jalan Kepakisan, kemudian sebagian besar akses jalan yang kami amati ialah jalan beraspal atau beton serta semuanya dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat baik berupa bus ataupun minibus, namun terdapat titik plot jalan dimana merupakan jalan setapak yang belum diaspal dan cenderung bebatuan serta hanya dapat dilalui oleh kendaraan roda dua saja.

Daya Dukung Lingkungan

Berdasarkan pada observasi yang telah dilakukan, didapatkan informasi bahwa sumber air di titik ploting pertama di kawasan Telaga Merdada Desa Karangtengah terdiri dari tiga sumber, yaitu Telaga Merdada, Gunung Prau dan Air Tanah (Sumur). Akan tetapi dari ketiga sumber air terdapat perbedaan kualitas air yang sangat mencolok. Dimana untuk air yang bersumber dari Telaga Merdada memiliki kualitas yang kurang baik, karena terlihat jelas pada warna airnya yang cenderung kekuningan serta kualitas air yang kurang jernih. Sedangkan untuk sumber air tanah memiliki kualitas air yang lebih baik,  akan tetapi sulit didapatkan dikarenakan tidak semua tempat bisa memunculkan air tanah. Sehingga untuk satu air sumur ini bisa dimanfaatkan oleh lebih dari 40 rumah. Dan untuk sumber air Gunung Prau, memiliki kualitas yang baik juga, akan tetapi sulit untuk didapatkan karena jarak dengan Gunung Prau lumayan jauh dan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Masyarakat memanfaatkan mata air untuk kepentingan pariwisata hanya saat musim kemarau atau mengalami kekeringan. Sedangkan Untuk pengelolaan limbah masyarakat tidak mengelolanya dengan baik (membuang sampah ke selokan), karena tidak ketersediaannya truk sampah, tidak ketersediaannya tempat pengelolaan sampah misalnya TPA, kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah dengan baik misalnya membuat tempat pembakaran sampah, dan kurangnya peran pemerintah dalam menyediakan sarana prasarana untuk pengelolaan sampah.  Di Telaga Merdada terdapat flora endemik dan unik yaitu bunga tompo. Selain flora, Telaga Merdada juga sempat memiliki fauna endemik dan unik yaitu kijang, akan tetapi saat penggunaan lahan berganti yang semula ditanami tembakau dan jagung, menjadi kentang dan kol, yang membuat populasi atau keberadaan kijang menjadi tidak ada. Laju alih fungsi lahan di Telaga Merdada relatif terkontrol karena rata rata lahan digunakan dan dimanfaatkan sebagai perkebunan sayur.

Pengendalian air yang terdapat di desa ini mempunyai berbagai kekurangan dan permasalahan, dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat terhadap lingkungan seperti membuang sampah pada saluran irigasi sehingga mengakibatkan terjadinya banjir. Hal ini juga ditambah dengan kurangnya pemberdayaan sampah, seperti pengolahan sampah supaya tidak terjadi penumpukan sampah yang terus menerus dan sekaligus bisa menumbuhkan ekonomi pada desa tersebut.

Wawancara Daya Dukung

Berdasarkan hasil wawancara daya dukung lingkungan masyarakat Desa Karangtengah dengan jumlah 8 narasumber. Hasil yang diperoleh masyarakat Desa Karangtengah sebagian besar tidak menggunakan air sumur untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena setelah melakukan pengeboran yang cukup dalam namun air tetap tidak keluar. Karena itu, masyarakat memanfaatkan air dari Gunung Prau untuk konsumsi dan air dari Nagasari, Telaga Merdada, dan Pawuhan untuk kebutuhan lainnya. Air dari Pawuhan tidak bisa dikonsumsi masyarakat karena telah tercemar dari pengeboran PLTP Geo Dipa sehingga air terasa asin. Kondisi kesulitan untuk mendapatkan air pernah dirasakan masyarakat terutama ketika musim kemarau yang mempengaruhi ketersediaan air di sumber air. Tidak ada penanganan khusus dari masyarakat maupun pemerintah desa untuk limbah cair domestik, sistem pembuangan limbah cair dialirkan ke selokan. Teknik penyaluran air dari sumber air menggunakan pipa dan distribusikan ke rumah masyarakat. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara ke kantor Desa Karangtengah, tidak ada sumber air potensial yang belum digunakan.

Kepemilikan lahan pertanian sebagian besar dimiliki oleh masyarakat perorangan dan PT yang disewakan pada masyarakat. Untuk pemanfaatan lahannya sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian kentang, wortel, kubis. Berdasarkan sumber dari kantor Desa Karangtengah, sumber pencemaran udara di Desa Karangtengah berasal dari PLTP GeoDipa.

Bencana

Pembahasan kebencanaan kali ini yakni mengenai observasi potensi bahaya bencana di Desa Karangtengah. Teknik untuk observasinya dibagi menjadi 2 yakni mengamati secara langsung di lapangan dan mewawancarai lembaga terkait. Untuk proses pengamatan di lapangan dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti mengambil sampel tanah untuk menentukan jenis dan teksturnya, menentukan kemiringan lereng, mengamati kondisi geologi, dan lainnya. Sedangkan, untuk wawancara dilakukan dengan narasumber yakni Bapak Surip selaku Ketua Pengamat di Pos Pengamatan Gunung Dieng Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Dari hasil observasi tersebut diketahui bahwasanya di Desa Karangtengah terdapat 6 potensi kebencanaan yakni kebakaran hutan, kekeringan, letusan gunung api, banjir, puting beliung, dan embun es. Untuk penjelasannya yakni sebagai berikut:

  • Bencana kebakaran hutan biasanya terjadi di Hutan Pangonan dengan jenis tanaman yang mendominasi yakni cemara dan akasia. Sekitar 2 tahun yang lalu telah terjadi kebakaran hutan di Hutan Pangonan dengan cakupan yang cukup luas hingga mengakibatkan banyak tanaman masih berusia muda karena baru tereboisasi. Sumber apinya sendiri beragam bisa akibat kegiatan masyarakat dalam membuka lahan untuk kegiatan pertanian, ketidaksengajaan yang menimbulkan titik api, dan hutan yang kering akibat curah hujan yang rendah. Kejadian kebakaran hutan ini banyak terjadi di bulan Juli dan Agustus dengan dampak secara langsung yakni rusaknya ekosistem hutan dan pencemaran udara.
  • Bencana kekeringan banyak terjadi di lahan pertanian dan permukiman dikarenakan kedua lahan tersebut memiliki sumber air yang sama yakni Telaga Merdada. Telaga Merdada sendiri pada bulan kemarau bisa surut hingga menyisakan 1/3 bagian saja sehingga tidak mencukupi untuk kegiatan pertanian dan kebutuhan hidup masyarakat. Untuk air tanah sulit didapatkan karena kedalaman air tanah berkisar di 135 m.
  • Bencana letusan gunung dieng diakibatkan karena Desa Karangtengah berdekatan dengan beberapa kawah seperti Kawah Sileri yang mempunyai potensi erupsi. Untuk Desa Karangtengah sendiri termasuk ke KRB I dengan potensi terdampaknya yakni aliran lahar dan jatuhan piroklastik. Jarak dari Kawah Sileri ke permukiman dan objek wisata Telaga Merdada berkisar 1,9 km dengan dampak yang ditimbulkan yakni pencemaran udara dengan adanya gas CO2, SO2, dan H2S.
  • Bencana banjir di Desa Karangtengah diakibatkan oleh sistem drainase yang buruk sehingga air hujan dengan intensitas tinggi banyak menggenangi jalan hingga ke beberapa lahan pertanian. Bahaya yang ditimbulkan yakni banyaknya material terendapkan di lahan pertanian sehingga membuat beberapa tanaman menjadi busuk. Ketinggian banjirnya sendiri berkisar di antara 30-50 cm dengan bulan potensial terjadinya banjir di Desember, Januari, dan Februari.
  • Bencana puting beliung mengancam Desa Karangtengah pada bulan Juli-Agustus dengan suhu berkisar di antara 11-14°C. Biasanya bencana ini melanda lahan pertanian dan perumahan yang mengakibatkan banyak material rumah warga terhempaskan.
  • Bencana embun es banyak melanda ketika bulan Juli-Agustus dengan suhu berkisar 4-6°C. Dampak yang diakibatkannya seperti tanaman pertanian masyarakat menjadi kering bahkan mati.

Di Desa Wisata Karangtengah terdapat objek wisata Telaga Merdada yang dikelilingi oleh bukit-bukit. Hasil observasi hari ini Kami mendapatkan 12 narasumber yang merupakan masyarakat sekitar yang tinggal dekat wisata mardada dan masyarakat yang melakukan aktivitas di sekitarnya. Jumlah wisatawan yang datang mengunjungi wisata ini sekitar 10-20 orang pada hari biasa, namun pada hari libur biasanya jumlah wisatawan meningkat kisaran 50 orang. Telaga Merdada bukanlah wisata utama di kawasan Dieng, maka dari itu pengunjung wisata di sini tidak cukup banyak seperti wisata lainnya yang ada di Dieng.

Sumber mata air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yaitu dari Telaga Merdada itu sendiri seperti untuk keperluan air pada toilet umum di tempat wisata Telaga Merdada. Lalu untuk sumber mata air utama bagi para penduduk yaitu dari Telaga Merdada yang digunakan untuk keperluan mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya dan untuk air yang akan dikonsumsi seperti untuk minum atau memasak sumbernya dari Gunung Prau yang dialirkan melalui pipa-pipa kecil ke setiap rumah warga.

Lalu sumber air dari Telaga Merdada ini dapat menjadi sumber air bagi para petani untuk menyirami lahan pertanian mereka. Sumber mata air tersebut dapat memenuhi kebutuhan air para wisatawan dan masyarakat sekitar. Terdapat resapan air di sekitar wisata Telaga Merdada karena terdapat banyak lahan pertanian, berbeda dengan daerah pemukiman yang minim adanya resapan air.

Di sekitar kawasan Telaga Merdada ini terdapat kegiatan kerja bakti yang dilakukan oleh warga setempat untuk membersihkan area wisata ataupun di daerah lingkungan warga, walau tidak dilakukan secara rutin per minggu, namun kegiatan kerja bakti ini cukup rutin dilakukan oleh warga sekitar terutama aaat menjelang perayaan perayaaan hari besar (Idul Fitri) atau saat ada kunjungan dari pemerintah setempat.

Pemanfaatan lahan yang terjadi di Desa Karangtengah  ini mayoritas ialah perkebunan. Jenis perkebunan yang terdapat di desa ini yaitu perkebunan kentang dan kol. Pada sanitasi lingkungan di Desa Karangtengah ini terdapat beberapa permasalahan yaitu diantaranya :

  1. Banyaknya sampah pada saluran irigasi dikarenakan tidak adanya tempat pembuangan sampah akhir (TPS).
  2. Terdapat adanya limbah pada sungai oleh pt. Geodipa

Wawancara Desa (Bencana)

Menurut data hasil wawancara dari aparat desa, tidak terdapat bencana potensial yang mengancam di Desa Karangtengah, bencana yg terjadi hanya dalam skala atau lingkup kecil, adapun jenis bencana tersebut yaitu gempa bumi, tanah longsor dan bencana non alam berupa ledakan dari adanya pltp geopedia yang ada di desa tersebut. Pernah terjadi bencana berupa ledakan dari pltp geopedia tersebut pada tahun 2016 yang mengakibatkan adanya korban jiwa. Dari adanya ledakan tersebut tidak ada masyarakat yang sampai mengungsi.

Di desa ini terdapat Organisasi Penanggulangan Bencana (OPB) yang terdiri dari BNPB dan tim banser. Dari responden wawancara ini, diketahui responden ikut berpartisipasi aktif di OPB tim banser. OPB tersebut melakukan kegiatan penanggulangan berupa bentuk sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat. Di Desa Karangtengah ini juga terdapat sistem peringatan dini untuk bencana yaitu berupa alarm yang berfungsi dengan baik menurut responden.

Dari segi sosialisasi kebencanaan terdapat pendidikan kebencanaan dan simulasi penyelamatan diri berupa pelatihan yang diikuti oleh pemuda dan masyarakat. Masyarakat antusias dalam mengikuti pelatihan ini dikarenakan adanya dana yang diberikan untuk masyarakat yang mengikuti pelatihan tersebut. Upaya pengurangan faktor risiko di desa ini terdapat berupa plang yang mengandung informasi berupa jalur evakuasi dan informasi mengenai kawasan berbahaya. Namun tidak terdapat peraturan dari pemerintah dalam upaya penanganan bencana di desa ini.

Dalam hal membangun kesiapsiagaan masyarakat di desa ini berbentuk plang jalur evakuasi di lapangan yang ada di samping desa. Namun tidak terdapat SOP untuk evakuasi dan penyelamatan diri di desa ini. Dalam kesiapan fisik pengurangan dampak bencana ini dapat disebutkan dengan adanya pembangunan pondasi rumah yang dibangun menggunakan besi-besi besar, namun hal tersebut bukan merupakan bentuk mitigasi bencana melainkan merupakan kebudayaan dari masyarakat Desa Karangtengah ini.

Pengelolaan Sumberdaya Wisata

Untuk parameter pengelolaan sumberdaya wisata juga dilakukan observasi dan wawancara, dari hasil observasi diketahui bahwa objek wisata Telaga Merdada memiliki media sosial namun tidak cukup terkelola dengan baik, objek ini juga memiliki fasilitas publik dan pendukung sarana prasarana yang cukup namun beberapa masih kurang terawat. Kemudian juga dilakukan wawancara dengan narasumber yaitu Pak Mukhson sebagai salah satu staf UPT Dieng. Dari wawancara didapatkan hasil yaitu tipe wisatawan yang berkunjung ke Telaga Merdada kebanyakan merupakan warga lokal. UPT Dieng bekerjasama dengan dinas pemasaran dalam hal promosi yang terus dilakukan hingga saat ini seperti mengundang blogger dan membuat brosur. Selain itu, dinas juga membentuk lembaga yang membina masyarakat di sekitar Telaga Merdada dan sering mengadakan pembersihan eceng gondok di telaga bersama dengan pemancing dan pengelola. Dinas juga terus mengusahakan pengembangan progres objek wisata namun karena tanah di sekitar telaga merupakan milik petani hal ini tentu menjadi faktor penghambat dalam pengembangan objek wisata, sehingga sampai saat ini masih tidak ada perluasan Telaga Merdada (belum ada progres terbaru).

Wawancara Masyarakat                                                                          

Telaga Merdada merupakan objek wisata yang terletak di Desa Karang Tengah, aspek kebencanaan merupakan aspek yang penting dikaji guna menciptakan objek wisata yang aman bagi para pengunjung dan warga sekitar. Suatu musibah dapat disebut bencana  jika menyebabkan banyak kerugian beserta korban jiwa. Berdasarkan data yang kami peroleh dari kegiatan wawancara masyarakat, di daerah kajian kami jarang terjadi bencana alam yang banyak mengakibatkan kerugian pada masyarakat, akan tetapi cukup sering terjadi musibah seperti longsor, gempa bumi, dan kekeringan. Longsor terjadi ketika musim hujan, longsor di desa ini menyebabkan kerugian kecil di sekitar ladang seperti tanaman menjadi tidak berbuah. Adapun terkait gempa bumi menurut warga di desa ini jarang terjadi gempa bumi, gempa bumi pernah terjadi bertahun tahun yang lalu di desa ini, akan tetapi tidak menimbulkan kerusakan fasilitas dan sarana prasarana masyarakat ataupun korban jiwa, gempa yang terjadi menimbulkan kepanikan dan trauma pada warga. Belum lama ini masyarakat Karang Tengah merasakan gempa, akan tetapi ternyata gempa tesebut bukan merupakan gempa yang disebabkan oleh pergerakan lempeng tektokik ataupun letusan gunung berapai, gempa tersebut berupa disebabkan oleh ledakan di PT. Geodipa, ledakan tersebut menyebabkan getaran seperti gempa. Mayoritas mata pencaharian masyarakat di desa Karang Tengah adalah bertani dan berkebun, dari hal tersebut didapati permasalahan berupa kekeringan, kekeringan yang terjadi disebabkan oleh musim kemarau, berdasarkan data dari responden yang kami wawancarai didapatkan informasi bahwa sebagian lahan yang dikelola merupakan lahan mikik swasta sehingga warga tidak dapat berbuat banyak untuk mengatasi masalah kekeringan namun pihak swasta sendiri memiliki solusi dengan menggunakan air dari sumur bor sehingga masalah kekeringan dapat teratasi.

Berdasarkan pembahasan di atas, desa Karang Tengah dapat disimpulkan termasuk ke dalam desa yang relatif aman dari bencana alam, karena di desa Karang Tengah jarang terjadi bencana alam maka masyarakat merasa aman dari ancaman bencana alam, sehingga masyarakat tidak tertarik dan tidak antusias terhadap sosialisasi terkait mitigasi bencana. Kurangnya peran pemerintah dalam mengadakan kegiatan sosialisasi terhadap bencana alam juga menyebabkan masyarakat kurang memahami terkait ancaman bencana yang dapat terjadi dapat terjadi kapan saja baik dengan pertanda maupun tanpa pertanda.

 

KKL 2 Hari Kedua: Bukit Sipandu

Fasilitas

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada hari ini di Dusun Pawuhan lebih tepatnya sekitar objek wisata Bukit Sipandu untuk fasilitas diamati berdasarkan beberapa parameter diantaranya yaitu ketersediaan Homestay, Bangunan balai banjar, Toilet, Lahan parkir, Jalan, Sistem pengelolaan sampah, dan Pasar Tradisional. Untuk homestay sendiri di sekitar Dusun Pawuhan tersebut tidak terdapat homestay atau penginapan yang tetap, tetapi rata-rata masyarakat mempunyai kost-kost an yang kebanyakan ditempati oleh pegawai PT. Geodipa, akan tetapi sebagian kamar dari kost-kostan tersebut dan beberapa rumah warga biasa dijadikan penginapan ketika wisatawan di kawasan Dieng ini sangat meningkat. Sedangkan bangunan balai banjar seperti tempat pengelola wisata tidak beroperasi secara optimal dan hanya beroperasi ketika terdapat pengunjung yang menghubungi saja. Untuk fasilitas penunjang wisata seperti toilet itu kurang layak dipakai dan tidak terawat. Lahan parkir nya sendiri tidak memadai hanya dapat ditempati oleh beberapa motor saja, dan untuk kendaraan besar seperti mobil atau minibus parkir di kawasan PT.Geo Dipa dan sekitaran ruas jalan. Sedangkan untuk akses jalan nya sendiri sudah memadai dan terdapat rambu-rambu serta petunjuk jalan, hal tersebut juga dikarenakan akses ke tempat wisata Bukit Sipandu itu sama dengan akses ke PT. Geodipa. Dan untuk sistem pengolahan sampah itu hanya ada tempat sampah berbagai kategori nya saja selanjut nya untuk pasar tradisional itu tidak terdapat sama sekali dan berdasarkan wawancara dari warga pasar hanya terdapat di Kecamatan Batur yang jarak nya jauh dari kawasan tersebut.

Aksesibilitas

Adapun hasil dari kajian observasi untuk aksesibilitas pada hari kedua di Desa Karangtengah dimana kami mengukur dan mengamati jalan di objek wisata bukit sipandu, terdapat beberapa titik plot yang telah kami tentukan meliputi diantaranya Jalan raya winayasa dengan kondisi jalan sangat baik sangat baik, jalan simpangan dengan kondisi jalan berbeton dan lebar sehingga dapat dilalui oleh segala jenis kendaraan, dan dusun pawuhan. Sebagian besar akses jalan yang kami amati adalah jalan dengan kondisi beraspal atau beton serta semuanya dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat baik berupa bus ataupun minibus, namun aksesibilitas pendakian menuju puncak bukit sipandu merupakan jalan setapak dengan kondisi berlumpur, berbatu, dan lebar yang cenderung sempit serta hanya dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan jalan kaki saja.

Daya tarik wisata

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan objek wisata pada hari ini ke Bukit Sipandu yang berada di Desa Pawuhan terlihat cukup menarik untuk dikunjungi oleh beberapa kalangan wisatawan. Untuk dapat sampai di puncak Bukit Sipandu yang berada pada ketinggian 2241 mdpl membutuhkan sekitar waktu ± 30 menit dengan jalur trekking yang cukup mendaki dengan kondisi ruas jalan setapak. Wisatawan yang berkunjung akan disuguhkan keindahan perkebunan milik masyarakat berupa perkebunan kentang, terong, carica (pepaya gunung). Selain itu, di sekeliling puncak Bukit banyak pohon cemara dan akasia. Wisatawan akan merasakan udara yang sejuk dan menikmati keindahan perkebunan dan perkebunan dari puncak bukit sehingga objek wisata ini dijadikan sebagai camping ground. Pantai utara Jawa pun akan terlihat dari puncak bukit apabila kabut tidak menghalangi area Bukit Sipandu.

Wawancara daya tarik wisata

Berdasarkan observasi di wisata Bukit Sipandu pada hari ini tidak terdapat wisatawan luar yang datang untuk mengunjungi wisata tersebut. Bukit Sipandu ini sudah lama tidak beroperasi sekitar 2 tahun yang lalu dan hanya beroperasi 8 bulan setelah adanya viral penampakan sunset dari Bukit Sipandu. Hal ini diakibatkan karena faktor dari pengelola yang kurang maksimal untuk mempromosikan Bukit Sipandu dan tidak adanya daya tarik yang bisa ditawarkan kepada masyarakat luar selain untuk tempat camp yang hanya berukuran 10 m persegi. Selain itu, tidak mendukungnya cuaca di bulan ini mengakibatkan tidak adanya wisatawan satupun yang mengunjungi Bukit Sipandu. Masyarakat Dusun Pawuhan pun tidak terlalu tertarik untuk menjadi tour guide karena tidak adanya potensi yang menghasilkan dan beralih ke pekerjaan sebagai buruh tani di ladang.

Pengelola sumber daya wisata

Promosi di media sosial cukup baik karena mereka memiliki akun instagram sendiri dan postingan terakhir pada tahun 2021. Namun disisi lain, promosi hanya dilakukan dengan 1 pihak saja. Pernah dilakukan sosialisasi dan komunikasi yang dapat menarik wisatawan dimana video mengenai pemandangan di bukit Sipandu viral sehingga banyak wisatawan yang mengunjungi daerah tersebut. Di lokasi penelitian tersebut, terdapat dukungan fasilitas publik, tetapi hanya 1 di puncak. Kekurangan dari pengelolaan sumber daya wisata yaitu tidak melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar untuk menunjukkan sikap yang ramah pada wisatawan agar wisatawan tertarik untuk datang kembali. Intinya tidak terdapat kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah atau lembaga yang mengelola. Tidak ada perluasan area objek wisata dan peningkatan mutu objek wisata dan tidak terdapat fasilitas pendukung Terdapat souvenir atau cinderamata.

Daya dukung lingkungan

Berdasarkan pada observasi yang telah dilakukan didapatkan bahwa sumber air yang ada di daerah Bukit Sipandu Dusun Pawuhan berasal dari dua sumber yaitu Gunung Prau dan Air Tanah (Sumur). Adapun air tanah hanya dimanfaatkan untuk menyiram perkebunan dikarenakan kualitas air yang tidak bagus dan sudah tercemar. Sedangkan untuk sumber air dari Gunung Prau dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah warga sehari hari, seperti memasak, mandi dan mencuci. Adapun untuk pemanfaatan lahan di daerah Bukit Sipandu Dusun Pawuhan dimanfaatkan sebagai ladang perkebunan kentang, dengan masa tanam dan panen sekitar 4 bulan. Dan untuk laju alih fungsi lahan relatif terkontrol. Karena lahan di daerah tersebut sudah dimanfaatkan sebaik mungkin untuk perkebunan dan dapat dijadikan sumber penghasilan. Di daerah tersebut tidak ada upaya pengendalian air permukaan, sehingga menyebabkan terjadinya banjir dan diperparah pula dengan perilaku masyarakatnya yang kurang baik, dimana banyak warga yang secara sembarangan membuang sampah ke sungai. Berdasarkan pada observasi yang telah dilakukan didapatkan bahwa sumber air yang ada di daerah Bukit Sipandu Dusun Pawuhan berasal dari dua sumber yaitu Gunung Prau dan Air Tanah (Sumur). Adapun air tanah hanya dimanfaatkan untuk menyiram perkebunan dikarenakan kualitas air yang tidak bagus karena sudah tercemar. Sedangkan untuk sumber air dari Gunung Prau dimanfaatkan untuk kebutuhan warga sehari-hari, seperti memasak, mandi dan mencuci. Adapun untuk pemanfaatan lahan di daerah Dusun Pawuhan dimanfaatkan sebagai ladang perkebunan kentang. Dan untuk laju alih fungsi lahan relatif terkontrol. Karena lahan tersebut dimanfaatkan sebaik mungkin untuk perkebunan dan dapat dijadikan sumber penghasilan. Desa Karangtengah ini mempunyai curah hujan yaitu berkisar 3000 mm (daerah tersebut digenangi 3000 mm/3 meter air hujan pertahun.), sedangkan penggunaan lahan yang paling dominan di desa ini yaitu perkebunan. Jenis perkebunan yang ada di desa ini terdapat 2 jenis yaitu perkebunan kentang dan carica.

Desa karangtengah ini juga mempunyai beberapa spesies hewan yang dilindungi yaitu, kijang dan kuda. Menurut informasi warga hewan ini dulunya sering berkeliaran di sekitar desa sebelum adanya alih fungsi lahan oleh PT. Geodipa

Wawancara ketersediaan air

Berdasarkan hasil wawancara daya dukung lingkungan masyarakat Dusun Pawuhan Desa Karangtengah hari kedua terdapat 10 narasumber. Hasil yang diperoleh, masyarakat Dusun Pawuhan awalnya menggunakan air sumur untuk kebutuhan sehari-hari. Namun setelah ada pengeboran yang dilakukan PLTP Geo Dipa air sumur menjadi tercemar dan tidak layak konsumsi. Setelah itu masyarakat Dusun Pawuhan menggunakan air dari Gunung Prau dengan penyaluran air menggunakan pipa yang dikelola masyarakat setempat. Terdapat bantuan sarana prasarana air bersih melalui pengeboran air tanah dari PLTP Geo Dipa untuk masyarakat Dusun Pawuhan, namun berdasarkan informasi dari masyarakat setempat air tersebut tidak bisa digunakan. Kondisi kesulitan untuk mendapatkan air pernah dirasakan masyarakat terutama ketika pipa untuk mengaliri air dari Gunung Prau mengalami kerusakan dan pada musim kemarau. Untuk limbah cair domestik sendiri tidak ada penanganan khusus, masyarakat hanya mengalirkannya ke selokan dan sungai. Kepemilikan lahan pertanian sebagian besar dimiliki oleh masyarakat perorangan. Untuk pemanfaatan lahannya sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian kentang, kubis. sumber pencemaran udara di Dusun Pawuhan berasal dari PLTP GeoDipa, ditandai dengan atap rumah masyarakat yang berbahan seng menjadi lebih cepat berkarat.

Doc. Penulis

Wawancara daya dukung objek wisata

Desa Wisata Karangtengah memiliki beberapa objek wisata, salah satunya yaitu Bukit Sipandu. Dari observasi hari ini di lokasi Bukit Sipandu dan Dusun Pawuhan Kami mendapatkan 9 narasumber yang merupakan masyarakat sekitar yang tinggal di dekat wisata Bukit Pandu, Kami pun bertemu langsung dengan pengelola wisata Bukit ini. Menurut Pengelola dan juga masyarakat sekitar jumlah wisatawan yang datang mengunjungi wisata ini ramai pada hari-hari libur seperti jumat, sabtu, dan minggu. Wisatawan yang berkunjung kisaran 10-20 orang, baik yang mendaki bukit maupun yang berkemah, untuk hari-hari biasa wisatawan yang berkunjung ke wisata Bukit Sipandu ini.

Sumber mata air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan (toilet umum) di Bukit Sipandu ini berasal dari air galian sumur yang berada di basecamp Bukit Sipandu. Untuk kebutuhan masyarakat di sekitar wisata Bukit Sipandu berasal dari mata air Gunung Prau yang dialiri melalui pipa-pipa ke setiap rumah warga, yang mana sumber mata air ini dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga seperti memasak, mencuci, keperluan lainnya. Sumber mata air dari Gunung Prau ini cukup memenuhi kebutuhan warga setempat, bahkan saat musim kemarau pun air jarang berhenti tetap mengalir walau debit air nya kecil terkecuali kemarau berkepanjangan mata air ini mengalami kekeringan. Namun terkadang air berhenti mengalir, dikarenakan adanya kerusakan pada pipa yang menjadi saluran air dari Gunung Prau menuju rumah warga yang diakibatkan hujan deras yang menghancurkan pipa atau karena runtuhan longsor kecil. Kejadian seperti itu tidak berlangsung lama, biasanya hanya 2-3 hari saja. Alternatif yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat yaitu dengan menggunakan sumur galian atau warga telah menampung air untuk cadangan sementara. Air sumur galian di daerah ini memang tidak memiliki kualitas yang baik karena airnya sudah tercemar akibat adanya PT Geo Dipa Energi yang mengelola panas bumi untuk pembangkit listrik, terdapat kebocoran yang mana mengakibatkan air di lingkungan ini tidak bisa digunakan karena airnya memiliki bau besi, lalu rasanya asin yang mengakibatkan air tidak dapat di konsumsi. Maka untuk air yang dikonsumsi biasanya warga membeli air galon untuk menghindari penggunaan air sumur yang sudah tercemar.

Terdapat resapan air di sekitar wisata Bukit Sipandu ini karena ada banyak lahan pertanian dan ada pohon akasia dan cemara di Bukit Sipandu lalu untuk resapan air di daerah pemukiman yang ada di Dusun Pawuhan terdapat banyak vegetasi di lingkungannya dan masih terdapat lahan pertanian di sekitar rumah warga. Di sekitar kawasan Dusun Pawuhan ini masyarakat cukup sering melakukan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan, sekurangnya 1 bulan sekali seperti membersihkan daerah sekitaran pipa air atau jalan sekitar sedangkan untuk Bukit Sipandu tidak ada kerja bakti yang dilakukan masyarakat namun pengelola wisata terkadang melakukan reboisasi di sekitaran Bukit Sipandu.

Sosial ekonomi masyarakat

Untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di sekitar bukit sipandu, desa Karang Tengah. Dilakukan wawancara kepada 11 narasumber yang berusia sekitar 19-60 tahun dan sudah menetap di desa tersebut sejak lahir maupun pekerja komuter. Pada hari kedua, kami berhasil mewawancarai warga yang bekerja sebagai Petani, Pedagang, Guru, hingga pekerja di PT. Geo Dipa Energi. Walaupun sebagian besar bekerja sebagai petani, tetapi mereka menjadikan kegiatan perdagangan sebagai pekerjaan sampingan. Ada beberapa masyarakat yang pergi merantau ke kota besar untuk waktu yang lama namun saat kembali ke daerah asalnya tetap menjadi petani.  Pada awalnya jagung menjadi komoditas utama masyarakat di sekitar bukit sipandu, namun karena adanya transmigrasi penduduk dari bandung ke wilayah tersebut yang juga mengajarkan cara menanam jagung, maka dengan seiring berjalannya waktu kentang menjadi komoditas utamanya, selain wortel, cabai, kubis, terong, carica.

Rata-rata responden yang kami temui berumur 30-50 tahun dengan jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh yaitu 1 responden lulusan S1, 1 lulusan D3 dan sisanya lulusan SMA,SMP serta SD dan ada 1 responden yang tidak memiliki jenjang pendidikan. Untuk anak – anak sebagian besar sedang menempuh pendidikan di SMP bahkan ada 1 responden yang berhasil menyekolahkan anaknya sampai jenjang D3. Masyarakat di Desa sekitar bukit sipandu masih kental akan kebudayaan islam, meskipun pada awalnya leluhur di desa sekitar bukit sipandu memeluk agama hindu. Namun, karena ada perkembangan banyak masyarakat di Desa sekitar bukit sipandu memeluk agama Islam, untuk pemeluk agama hindu masih ada namun sudah jarang. Ada banyak kegiatan keagamaan yg dilaksanakan misalnya perayaan bulan suro, untuk tradisi sendiri di Desa sekitar bukit sipandu ini masih terdapat upacara adat seperti rambut gimbal, pertunjukan wayang, pertunjukan rodat (bela diri), pertunjukan seni tari lengger, kuda lumping, dieng festival dan lain sebagainya.

Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani baik pemilik lahan ataupun buruh tani yang mengelola lahan milik pemerintah dan PT. Dieng Jaya, ada yang mengelola lahan hingga 30 hektar dan petani kecil yang mengelola sepetak lahan dengan ukuran 25m x 15 meter (menyewa lahan pemerintah sehingga sudah diatur luasannya). Para Petani utamanya menanam kentang, kubis, dan cabai yang dijual ke Bandung, Jakarta, bahkan Surabaya. Kentang dijual dalam masa panen 3-4 bulan sekali dengan penghasilan per masa panen yaitu 6-10 juta jika lahannya dalam skala kecil. Selain itu, ada juga penduduk yang bekerja sebagai pedagang, membuka toko sembako dan keperluan sehari-hari.  Sekitar 3 responden menjawab bahwa mereka sebelumnya bekerja di Kalimantan sebagai pekerja di kebun kelapa sawit dan pertambangan. Dimana upah yang mereka dapatkan sangat besar yaitu sekitar 2,4 juta, 8 juta, dan 20 juta perbulan. Perihal Luas bangunaan atau rumah yang mereka miliki umumnya hanya seluas 25-50 meter jadi hanya ada bangunan tanpa halaman yang luas.

Rata-rata responden yang kami temui berumur 35-50 tahun dengan jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh yaitu 1 responden lulusan S1 dan sisanya lulusan SMP serta SD. Namun, anak-anak mereka berhasil menempuh pendidikan sampai lulus SMA bahkan ada 2 responden yang berhasil menyekolahkan anaknya sampai jenjang S1. Masyarakat di Desa Karangtengah masih kental akan kebudayaan islam, dimana masih banyak masyarakat yang mengadakan ruwatan pengajian, bahkan ketika ada acara pernikahan warga akan mengundang para kyai untuk berdoa bersama. Kemusian, Setiap satu tahun sekali, warga sekitar Telaga Merdada akan menyebar benih ikan bersama-sama, nantinya ketika sudah waktu panen ikan, warga bebas untuk memanfaatkan hasilnya. Selain itu, masyarakat di desa ini juga masih melakukan perayaan tradisi peringatan malam satu suro dengan pembacaan doa. Lalu pada saat diadakannya Festival Dieng, telaga merdada akan mengadakan atraksi kebudayaan seperti angklungan, wayang kulit, dan yang paling menarik ketika adanya upacara pemotongan anak gimbal, warga desa akan berkumpul di kawasan Candi Arjuna.

Bencana

Pada hari kedua, tim observasi tema kebencanaan mendapatkan beberapa informasi tambahan terkait fenomena bencana di sekitar objek wisata Bukit Sipandu, Dusun Pawuhan, Desa Karangtengah. Pertama, kami menemukan plang peringatan bahaya longsor di sekitar jalan menuju objek wisata. Titik longsor tersebut berada di tebing atau singkapan tanah sisi jalan yang kondisinya cukup membahayakan dikarenakan banyak tanah dan pohon-pohon yang sudah berjatuhan ke bawah. Hal tersebut dapat berdampak terhadap aktivitas manusia di sekitarnya, seperti terhambatnya jalur mobilitas kendaraan untuk petani dan pekerja di Geo Dipa.

Doc. Penulis

Lalu, kami menemukan kekeringan di sekitar lahan pertanian yang mengakibatkan beberapa tanaman menjadi layu dan mati. Hal tersebut, diakibatkan oleh kurangnya pasokan air untuk memenuhi kebutuhan petani dikarenakan saat ini sumber air hanya melalui sungai kecil yang terkadang kering. Selain itu, kami juga menemukan adanya semacam sumur dan penampungan air dari bantuan pemerintah, namun saat ditanyakan kepada petani ternyata sumur dan penampungan air tersebut belum berfungsi. Oleh karena itu, kekeringan terkadang melanda para petani di Desa Pawuhan.

Selanjutnya, kami menemukan potensi bahaya gempabumi dikarenakan wilayah Desa Karangtengah memang berada di antara sesar-sesat lokal pegunungan dieng. Tentu, hal tersebut dapat berdampak terhadap kegiatan masyarakat seperti pertanian dan pariwisata. Apalagi, lahan pertanian dan objek wisata menyatu sehingga ketika terjadi kepanikan maka para pengunjung dapat merusak lahan petani. Terakhir, kami menemukan adanya Geo Dipa di Desa Pawuhan. Hal tersebut sangat rawan dikarenakan dapat mengakibatkan bahaya kebocoran gas beracun dari pipa gas Geo Dipa Energi. Apabila terjadi, maka akan membahayakan masyarakat di sekitar terutama para petani dan pengunjung objek wisata. Oleh karena itu, perlu pengelolaan yang sangat bijaksana terkait Geo Dipa Energi tersebut agar berjalan dengan lancar dan aman.

Doc. Penulis

Wawancara Masyarakat

Bukit Sipandu yang berlokasi di desa Karang Tengah, dusun Pawuhan, terletak di perbatasan Kabupaten Batang dan Banjarnegara. Sebenarnya dusun Pawuhan tergolong ke dalam daerah yang relatif aman dari bencana alam, berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara kami mendapatkan informasi bahwa bencana yang pernah terjadi di dusun Pawuhan diantaranya adalah gempa berskala besar pada tahun 2013 yang menyebabkan banyak kerugian berupa kerusakan bangunan dan rumah warga, selain gempa ada juga bencana embun es yang terjadi setiap tahun sekali tepatnya di bulan Agustus, embun es menyebabkan kerusakan pada tanaman tanaman yang digarap oleh warga seperti kentang, bawang daun, kubis, dan kol. Terkait bencana kekeringan yang biasa terjadi di bulan kemarau tidak menyebabkan kerugian yang cukup besar. Selain bencana alam, di dusun Pawuhan terjadi bencana non alam yaitu pencemaran air dan udara akibat kebocoran gas beracun PT Geo Dipa sehingga sumur bor yang menjadi sumber air untuk dikonsumsi oleh masyarakat menjadi tercemar. Menurut masyarakat dusun Pawuhan tidak ditemukan bencana longsor di area lahan pertanian, hal tersebut dikarenakan sistem terasering yang baik.

Masyarakat dusun Pawuhan cenderung tidak aware terhadap bahaya bencana yang bisa terjadi kapan saja tanpa ada pertanda maupun dengan pertanda, hal ini dibuktikan dengan masyarakat yang tidak memahami cara untuk melindungi diri ketika terjadi bencana, dan tidak menyiapkan material. Selain itu, pemerintah, PT, maupun lembaga kebencanaan daerah setempat jarang melakukan sosialisasi terkait kebencanaan, menurut warga sosialisasi sangat jarang diadakan, terhitung sosialisasi kebencanaan di Desa Pawuhan baru sekali diadakan oleh PT Geo Dipa terkait gas beracun.

 

KKL 2 Hari Ketiga: Bukit Scooter

Fasilitas

Doc. Penulis

Pada hari ketiga KKL,kelompok 4&6 melakukan observasi masih di Desa Karang Tengah dengan fokus observasi pada objek wisata Bukit Skooter. Observasi yang dilakukan yaitu mengamati fasilitas yang berada di sekitar objek wisata yang menunjang perkembangan desa wisata dengan berdasarkan beberapa parameter diantaranya yaitu ketersediaan Homestay, Bangunan balai banjar, Toilet, Lahan parkir, Jalan, Sistem pengelolaan sampah, dan Pasar Tradisional.

Pertama,untuk ketersediaan homestay disekitar bukit skooter terdapat 2 homestay yang dapat disewakan kepada wisatawan,bahkan dilengkapi dengan sarana untuk berkemah bagi yang ingin berkemah. Namun,tak hanya 2 homestay saja yang ada,tetapi dipemukiman yang berada disekitar Bukit skooter pun juga terdapat 3-5 homestay. Sedangkan bangunan balai banjar seperti tempat pengelola wisata terdapat balai banjar yang digunakan sebagai tourism center yang berdampingan pula dengan kios untuk memenuhi kebutuhan pangan wisatawan. Untuk fasilitas penunjang wisata seperti toilet itu sangat terawat dan layak untuk digunakan. Lahan parkir nya sendiri sebenarnya cukup luas,namun untuk digunakan sebagai lahan parkir mobil masih kurang memadai. Dikarenakan,akses untuk menuju ke objek wisata bukit tersebut,sangat curam dengan kondisi jalan yang cukup rusak. Sedangkan untuk akses jalan nya sendiri cukup memadai sepanjang arah menuju bukit tersebut,namun untuk jalan disekitar bukit tersebut,masih kurang memadai dan masih sulit untuk diakses dengan mobil. Sementara,untuk ketersediaan rambu-rambu serta petunjuk jalan, masih kurang. Selanjutnya, untuk sistem pengolahan sampah itu hanya ada tempat sampah berbagai kategori nya saja,namun pengoptimalan penggunaan nya masih kurang. Selanjutnya untuk pasar tradisional itu tidak terdapat sama sekali dan berdasarkan wawancara dari warga pasar hanya terdapat di Kecamatan Batur yang jarak nya jauh dari kawasan tersebut.

Aksesibilitas

Adapun hasil dari kajian observasi untuk aksesibilitas pada hari ketiga di Desa Karangtengah dimana kami mengukur dan mengamati aksesibilitas jalan objek wisata Bukit Scooter, terdapat beberapa titik plot ruas jalan yang telah kami tentukan meliputi diantaranya Jalan Dwarawati dan Jalan Simpangan. Sebagian besar akses jalan yang kami amati adalah jalan dengan kondisi beraspal dan berbeton serta dapat dilalui oleh semua kendaraan baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Kemudian juga terdapat jalan dengan akses yang buruk karena kondisinya berbatu, kondisi jalan tersebut bukan tanpa sebab melainkan karena pemerintah tidak memperbolehkan perbaikan pada jalan tersebut dengan alasan bahwa jalan tersebut merupakan akses lalu lalang kendaraan berat seperti buldozer dan sebagainya. Adapun akses jalan menuju puncak bukit scooter merupakan jalan setapak dengan kondisi tangga tanah dan hanya dapat dilalui dengan jalan kaki saja sehingga wisatawan dapat menitipkan kendaraannya di tempat parkir yang disediakan.

Daya tarik wisata

Bukit Scooter yang berada di ketinggian kurang lebih 2.200 mdpl, memberi kesempatan bagi pengunjung untuk menyaksikan lanskap Dataran Tinggi Dieng yang sangat indah. Pemandangan gunung-gunung tinggi seperti Gunung Sindoro, Gunung Slamet, Gunung Pangonan, Gunung Pakuwaja, Gunung Prau, Gunung Sipandu, Gunung Bisma, dan lainnya yang berdampingan dengan pemukiman penduduk dapat terlihat dari bukit ini.

Bukit Scooter (Skoter) juga dilengkapi dengan gazebo yang mayoritas atapnya berbentuk segitiga, hal tersebut bertujuan untuk menahan angin yang kencang. Selain itu bukit ini dilengkapi oleh tempat duduk untuk beristirahat menikmati alam dan semilir angin sejuk khas pegunungan Dieng. Pengelola setempat pun menyewakan alat-alat camp seperti tenda, matras, dan lain sebagainya.

Harga tiket masuk obyek wisata Bukit Scooter Dieng hanya sebesar Rp5.000,- per orang. Untuk mencapainya juga sangat mudah. Bukit Scooter (Skoter) Dieng terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Lokasinya di sebelah utara obyek wisata Kompleks Candi Arjuna. Bukit ini mudah dijangkau karena jaraknya hanya 1 km dari jalan utama Desa Dieng Kulon atau hanya membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit berjalan kaki hingga kaki bukit dan selanjutnya mendaki sekitar lima menit menuju puncak bukit.

Wawancara daya tarik wisata

Doc. Penulis

Berdasarkan observasi hari ini, wisata Bukit Scooter ramai dikunjungi oleh wisatawan luar seperti dari beberapa narasumber yang berasal dari Semarang, Kendal, Yogyakarta, Purwokerto, dan lainnya. Bukit Scooter ramai dikunjungi akibat dari popularitas di media sosial mengenai keindahan alamnya dan area untuk camp bersama atau mandiri. Dari segi fasilitas, Bukit Scooter menyediakan  toilet, ruangan khusus ibadah, daya listrik, tempat parkir, beberapa spot foto yang cukup menarik dan kantin makanan yang cukup dekat dengan area camp.

Sebagian besar wisatawan termasuk kedalam wisatawan explore, karna diantaranya merupakan anak usia muda melakukan perjalanan baru tetapi tujuan mereka hanya sekedar rekreasi menikmati pemandangan, main dengan teman-temannya dan melanjutkan perjalanan lainnya ke wisata lain. Untuk wisatawan yang melakukan camp hari ini di area tersebut hanya terhitung 3 tenda dari yang lainnya.

Namun, beberapa pengunjung mengeluhkan mengenai tarif masuk yang dikatakan terlalu mahal sedangkan pada beberapa pengunjung lainnya mengatakan bahwa tarif masuk ke objek wisata ini murah. Berdasarkan hasil wawancara, hal ini dikarenakan adanya perbedaan antara tarif camp dengan tarif yang mengunjungi untuk menikmati pemandangan tanpa berkemah. Untuk tarif mendirikan tenda dan bermalam dikenakan biaya sebesar Rp30.000 dengan harga perorangnya membayar Rp10.000 dan belum termasuk biaya parkir. Sedangkan untuk yang berekreasi tanpa bermalam hanya dikenakan biaya Rp5.000. Maka dari itu beberapa pengunjung ada yang mengatakan tarifnya mahal dan ada juga yang murah.

Beberapa rekomendasi untuk perbaikan objek wisata yaitu perlunya pembatas atau pagar di area kemah untuk mencegah kecelakaan. Selain itu, perlunya pembukaan lahan baru karena saat ini hanya mampu menampung sekitar 15-20 tenda saja jika hari libur tiba maka kepadatan di objek wisata ini tidak akan terkendali dan perlunya kebersihan yang lebih baik lagi pada toilet di area objek wisata.

Pengelola sumber daya wisata

Bukit Scooter dikelola oleh keluarga yang sadar akan adanya potensi wisata, sehingga keluarga tersebut mengelola objek wisata bukit. Kemudian, dalam hal pengelolaan wisatanya walaupun dikelola oleh keluarga dan tidak ada bantuan dari pihak lain dalam hal biaya tetapi Bukit Scooter dapat dinikmati objeknya dengan sangat nyaman. Contohnya saja seperti fasilitas pendukung yang sudah lengkap tersedia diatas bukit dan baiknya pengelola wisata dengan wisatawan yang berkunjung, sehingga dapat membuat wisatawan nyaman dengan hanya membayar tiket sebesar Rp 5.000,00. Selain pengelolaan yang sudah baik, mereka juga mempunyai media sosial seperti instagram untuk promosi.

Daya dukung lingkungan

Berdasarkan hasil observasi di lapangan didapatkan bahwa sumber air utama di kawasan wisata Bukit Scooter yaitu berasal dari Gunung Prau. Sumber air tersebut memiliki kualitas sangat bagus. Karena berasal dari mata air Gunung Prau yang masih terjaga. Air tersebut dimanfaatkan oleh warga  untuk kebutuhan sehari-hari dan juga kepentingan pengelolaan wisata itu sendiri. Adapun untuk pengelolaan limbah di kawasan wisata bukit Scooter tergolong kedalam pengelolaan yang baik, karena terdapat fasilitas pendukung dan pengelolaan limbah seperti truk sampah yang mengangkut sampah dalam waktu dua kali dalam seminggu. Adapun pemanfaatan lahan di sekitar wisata, dimanfaatkan untuk kebun dengan komoditas utamanya yaitu kentang. Dan di Bukit Scooter tidak terdapat  fauna maupun flora endemik.

Wawancara ketersediaan air

Berdasarkan hasil wawancara hari ketiga terkait daya dukung lingkungan, ketersediaan air di sekitar Bukit Scooter dan Telaga Merdada, diperoleh hasil sebagai berikut : untuk wilayah sekitar bukit scooter air yang digunakan berasal dari Gunung Prau dengan teknik penyaluran air menggunakan pipa yang dikelola perorangan. Di sekitar Bukit Scooter juga terdapat sumur bor milik PLTP GeoDipa, namun menurut pengelola keberadaan sumur tersebut tidak berpengaruh pada air di sana. Untuk limbah sendiri selalu diadakan kerja bakti oleh pengelola. Kepemilikan lahan pertanian sekitar Bukit Scooter sebagian besar dimiliki oleh masyarakat perorangan. Untuk pemanfaatan lahannya sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian kentang, wortel, carica, kubis. Sedangkan di sekitar Telaga Merdada, air telaga digunakan untuk pertanian dan masyarakat setempat namun tidak untuk di konsumsi dan tidak dipungut biaya dalam pemanfaatanya. Pengelolaan sampahnya dilakukan oleh pengelola telaga merdada dengan teknik pembakaran, dan untuk pembersihan eceng gondok dilakukan bersama oleh dinas serta masyarakat. Luas lahan pertanian sekitar telaga merdada merupakan milik PT Dieng Jaya seluas 25 Ha dan untuk sisanya merupakan milik petani setempat.

Wawancara daya dukung objek wisata

Pada hari ketiga kegiatan kuliah kerja lapangan, kelompok 4 dan 6 mendapat kesempatan mengkaji Bukit Scooter. Adapun data hasil mengenai kondisi daya dukung lingkungan objek wisata Bukit Scooter didapat melalui wawancara yang telah dilakukan di tempat langsung. Kami berhasil mewawancarai empat narasumber, termasuk pengelola sekaligus pemilik lahan di Bukit Scooter yang kebetulan sedang ada di lokasi. Menurut pengelola yang ternyata salah satu pemilik lahan di Bukit Scooter, jumlah wisatawan yang datang tidak hanya wisatawan lokal. Bahkan, turis dari mancanegara pernah mengunjungi Bukit Scooter. Dalam sehari, jumlah wisatawan yang datang berkisar sekitar 20 wisatawan, paling banyak 50 wisatawan. Tetapi jika hari libur/weekend, wisatawan bisa mencapai hingga 100 orang. Walaupun belum lama dibuka, Bukit Scooter sudah mulai ramai didatangi pengunjung walaupun belum seterkenal Gunung Prahu dan Bukit Sikunir yang merupakan surga bagi para pendaki di Dieng.

Doc. Penulis

Adapun sumber mata air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan didapat dari mata air Gunung Prau yang dialirkan langsung melalui pipa-pipa air. Air tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan fasilitas di toilet dan juga berguna bagi para petani yang menggarap ladang pertanian di sekitar Bukit Scooter. Namun, ketika air dari Gunung Prau sedang mengalami gangguan, alternatif yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan ialah menggunakan air dari sumur bor. Warga sekitar Bukit memiliki sumur bor pribadi sebagai antisipasi apabila pipa untuk mengalirkan air dari gunung sedang bermasalah. Namun, sumber mata air yang digunakan tetaplah berasal dari Gunung Prau. Air tersebut tidak hanya bermanfaat bagi wisatawan, tetapi juga bagi warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya untuk dikonsumsi, mandi, dan mencuci. Bukit Scooter memiliki banyak tempat resapan air, yakni lahan pertanian dan juga lahan kosong, selain itu banyak juga vegetasi yang tumbuh di Bukit Scooter. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola bukit, ada kegiatan kerja bakti yang dilakukan untuk membersihkan area wisata. Misalnya memotong rumput dan semak-semak, memperbaiki fasilitas apabila ada yang bermasalah.

Sosial ekonomi masyarakat

Ekonomi

Bukit skooter yang berada di desa Dieng Kulon yang berbatasan langsung dengan desa Karang Tengah, kami melakukan wawancara kepada 2 responden yang beusia 21 tahun dan sudah menetap di desa tersebut sejak lahir. 2 responden tersebut bekerja sebagai pengelola  objek wisata bukit skooter dan sebagai petani, meskipun sebagain besar masyarakat disana bekerja sebagai petani, tetapi ketika ada potensi wisata masyarakat setempat bisa memanfaatkan nya untuk meningkat kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar objek wisata bukit scooter, Terdapat keterkaitan antara sektor pariwisata dan sektor pertanian, dimana 2 responden yang kami wawacarai ini memiliki pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan yang berkaitan satu sama lain. Salah satu mengandalkan sektor pertanian (petani kentang) menjadi pekerjaan pokok nya dan sektor pariwisata menjadi pekerjaan sampingan nya (pengelola wisata) yang lainnya mengandalkan sektor pariwisata (pengelola pariwisata) menjadi pekerjaan pokok dan sektor pertanian (supir)  menjadi pekerjaan sampingan, hal ini tentu menarik karena baik sektor pertanian dan pariwisata sama sama bisa meningkatkan perkenomian masyarakat setempat jika kedua sektor ini bisa dikelola dengan baik. 2 Responden tersebut memiliki pendapatan dari pekerjaan pokok sebesar Rp10.000.000/sekali panen (petani) dan Rp2.000.000/bulan (pengelola objek wisata)

Perihal pendidikan, 2 responden yang kami wawancarai pada hari ke 3 ini tergolong cukup muda sekitar 21 tahun dengan jenjang pendidikan terakhir yaitu SMA. Menurut mereka Walaupun tingkat pendidikan penduduk di sekitaran wisata nukit skooter secara umum cukup baik tetapi masyarakat jarang yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Masyarakat di sekitar bukir skooter ini  masih kental akan kebudayaan islam, awalnya leluhur di bukit skooter memeluk agama hindu dengan dibuktikannya terdapat banyak candi di sekitar bukit skooter, kemudian dengan berjalannya waktu masyarakat sekitar bukit skooter terutama masyarakat di desa Dieng Kulon mulai banyak yang memeluk agama islam. Kemudian menurut responden bahwa di bukit skooter ini bukan hanya wisatawan lokal tetapi wisatawan mancanegara juga datang ke objek tersebut. Tidak hanya wisatawan yang datang ke dataran tinggi dieng ini untuk berwisata, tetapi ada juga yang tujuannya untuk beribadah ke candi, seperti wisatawan asal bali yang mayoritas masyarakat beragama hindu. Di sekitar wisata bukit skooter juga terdapat budaya yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat seperti upacara adat rambut gimbal, pertunjukan seni tari lengger dan Dieng Culture Festival.

Doc. Penulis

Bencana

Setelah di observasi melalui tahapan pengamatan dan wawancara diketahui bahwasanya terdapat beberapa potensi bencana di sekitar objek wisata Bukit Scooter. Potensi bencana tersebut yakni sebagai berikut:

  • Bencana kebakaran hutan yang berpotensi di sekitar Kawasan Hutan Lindung Gunung Prau. Menurut narasumber, diketahui pernah terjadi kebakaran hutan namun untungnya tidak pernah mencapai lahan pertanian dan permukiman. Diduga asal api tersebut berasal dari rambatan api hasil kegiatan masyarakat dalam membuka lahan untuk kegiatan pertanian. Dampaknya sendiri yakni akan mengakibatkan ekosistem hutan rusak, pencemaran udara ke masyarakat sekitar, dan mempengaruhi kegiatan wisata di Bukit Scooter.

Doc. Penulis

Kawasan Hutan Lindung Gunung Prau

  • Bencana letusan gunungapi diakibatkan karena objek wisata Bukit Scooter ini berdekatan dengan Kawah Siglagah yang mempunyai potensi erupsi. Jaraknya sendiri yakni hanya berkisar 1 km sehingga sangat berbahaya, apalagi Kawaj Siglagah ini termasuk salah satu kawah berbahaya karena mempunyai konsentrasi CO2 yang sangat besar. Dengan potensi tersebut, tentunya akan mengancam kehidupan masyarakat seperti rusaknya lahan pertanian, gas beracun CO2 kepada masyarakat, dan matinya hewan-hewan di sekitar.
  • Bencana tanah longsor kami temukan pada saat mengamati salah satu tebing di dekat Kawasan Hutan Lindung Gunung Prau. Selain itu, berdasarkan wawancara dengan salah satu petani dikatakan bahwasanya longsor yang terjadi di tebing tersebut memiliki panjang gelincir hingga berkisar 1 km. Penyebabnya dikarenakan kemiringan lereng yang curam dan maraknya pertanian di lereng yang berpotensi merusak struktur tanah sehingga memicu terjadinya longsor. Bencana ini sangat berdampak terhadap kehidupan masyarakat seperti rusaknya lahan pertanian, membahayakan jiwa petani, dan mengancam keberlangsungan wisata.

Doc. Penulis

  • Bencana puting beliung juga melanda beberapa lahan seperti lahan pertanian, permukiman, dan lainnya. Berdasarkan narasumber, dikatakan bencana ini mengakibatkan beberapa rumah masyarakat rusak ringan hingga sedang tetapi belum pernah ada yang mengakibatkan korban jiwa. Menurut narasumber, biasanya bencana ini terjadi di bulan Juli-Agustus dengan suhu berkisar di antara 11-14°C. Tentunya, bencana ini juga mengancam lahan pertanian dan wisata sehingga masyarakat dan pengunjung harus berhati-hati.
  • Bencana embun es menurut narasumber juga terjadi di waktu-waktu tertentu seperti ketika di bulan Juli-Agustus dengan suhu berkisar 4-6°C. Dampak yang diakibatkannya sepeti tanaman pertanian masyarakat menjadi kering bahkan mati.
  • Bencana gempa bumi dikatakan beberapa kali terjadi dikarenakan potensi sesar lokal yang cukup kuat. Selain itu, objek wisata Bukit Scooter sendiri berada di ketinggian yang cukup rawan apabila terjadi gempa bumi dikarenakan dapat menimbulkan kepanikan dan bencana susulan seperti longsor. Sedangkan, dari hasil pengamatan didapati bahwasannya objek wisata ini kurang memiliki akses jalur evakuasi bagi bencana.
  • Bencana pencemaran Geo Dipa menurut narasumber sangat mengancam bahkan pernah menimbulkan korban jiwa yakni anak-anak. Dikarenakan Geo Dipa sendiri memiliki dampak pencemaran udara dan tanah hasil limbah produksinya.

Wawancara Masyarakat

Objek wisata yang kami kaji hari ini adalah objek wisata Bukit Scooter, keunggulan dari bukit scooter adalah pemandangan atas bukit yang indah dan istimewa. Selain menikmati keindahan bukit scooter, kami juga mengkaji aspek kebencanaan di daerah sekitar bukit scooter, berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara masyarakat kami mendapatkan informasi bahwa bencana yang terjadi di daerah tersebut diantaranya adalah gempa bumi akibat aktivitas vulkanik gunung Dieng, masyarakat cukup sering merasakan gempa berskala kecil yang tidak menyebabkan kerugian, adapun gempa berskala besar yang menyebabkan banyak kerugian bagi masyarakat jarang terjadi, selain gempa ada juga bencana embun es yang terjadi setiap puncak bulan kemarau yaitu bulan Juli-Agustus, embun es tersebut memberikan dampak pada kerusakan tanaman bahkan hingga gagal panen, terkait bencana kekeringan lumrah terjadi pada bulan kemarau, bencana kekeringan tersebut tidak menyebabkan kerugian yang besar bagi masyarakat karena bencana tersebut dapat diatasi oleh sistem irigasi dari sumber mata air gunung prau atau pun sumur bor milik warga pribadi.

Doc. Penulis

Adapun bencana longsor, dimana lahan longsor tersebut cukup panjang yaitu 2km, meskipun begitu longsor tersebut tidak sampai mengenai permukiman masyarakat, longsor tersebut menyebabkan kerugian pada perkebunan milik masyarakat yang berada di bawah daerah longsor. Terdapat pang-plang daerah rawan bencana longsor, dan bahaya gas beracun geodipa, plang plang tersebut membantu masyarakat untuk lebih berhati-hati, akan tetapi kami tidak ditemukan plang jalur evakuasi maupun titik kumpul di sekitar daerah. Masyarakat sekitar banyak mendapatkan diklat dan simulasi mitigasi bencana dari pemerintah dan tim SATGAS setempat, masyarakata setempat memiliki antusiasme yang tinggi untuk mengikuti kegiatan tersebut terutama para pemuda. Diadakannya simulasi bencana memberi dampak yang baik bagi masyarakat karena masyarakat menjadi sadar terhadap kerawanan bencana yang dapat terjadi kapan saja, hal ini dibuktikan dengan kesiapan masyarakat dalam hal material untuk bisa bertahan hidup jika terjadi bencana, dokumen surat menyurat penting pun telah disimpan di tempat yang aman agar tidak terjadi kerusakan/hilang saat terjadi bencana.