PENGABDIAN PADA MASYARAKAT 2025

PENGABDIAN PADA MASYARAKAT 2025

Implikasi Pengabdian Pada Masyarakat Mahasiswa Pendidikan Geografi dalam Upaya Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Terhadap Risiko Bencana di Desa Cipada, Kecamatan Cikalong Wetan

Penulis : Shafa Dhita Amalia (2202123)

Elin Muthmainnah (2308426)

Editor : Muhamad Hasanul Ma’arif (2207923)


Abstrak
Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) merupakan bentuk implementasi salah satu pilar Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Program ini diinisiasi oleh Departemen Sosial dan Politik (SOSPOL) BEM HMPG FPIPS UPI dengan tujuan mengintegrasikan ilmu pengetahuan mahasiswa Pendidikan Geografi dalam pemberdayaan masyarakat Desa Cipada, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat. Berfokus pada isu mitigasi bencana tanah longsor, kegiatan ini dilaksanakan pada 13-16 Januari 2025 dengan melibatkan 84 mahasiswa. Kegiatan terbagi dalam enam konten utama, yaitu Geografi Mengabdi, Geografi Mengajar, Geografi Penelitian, Geografi Lestari, Geografi Pembangunan, dan Geografi Pemetaan. Melalui pendekatan partisipatif, mahasiswa berkolaborasi dengan masyarakat dalam membangun kesadaran terhadap mitigasi bencana, pengelolaan lingkungan, dan pelestarian budaya lokal. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa masyarakat mampu mengadopsi langkah-langkah strategis untuk mengurangi risiko bencana sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Program ini memberikan pengalaman belajar praktis bagi mahasiswa, memperkuat keterlibatan mereka sebagai agen perubahan, serta mendorong pembangunan berkelanjutan di wilayah sasaran.


Kata kunci: Pengabdian pada Masyarakat, Geografi Mengabdi, Geografi Mengajar, Geografi Penelitian, Geografi Lestari, Geografi Pembangunan, dan Geografi Pemetaan.


Pendahuluan
Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) merupakan kegiatan yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa dalam membantu masyarakat dengan melakukan pemberdayaan tanpa mengharapkan imbalan. P2M ini menjadi salah satu program kerja Departemen Sosial dan Politik (SOSPOL) BEM HMPG FPIPS UPI dengan tujuan mewujudkan salah satu pilar Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui proses pengaplikasian ilmu pengetahuan dengan menyelesaikan satu persoalan dengan berbagai solusi.
Sebagaimana yang telah tertera pada salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, mahasiswa memiliki peran dalam hal Pengabdian Pada Masyarakat. Peranan tersebut tentunya memiliki arti bahwa mahasiswa harus sadar akan hak dan kewajibannnya, sehingga memiliki tekad untuk memberikan dharma baktinya dengan mengandalkan kemampuan intelegensi, kreativitas dan fasilitas yang ada dalam mewujudkan nilai-nilai yang selaras dengan permasalahan yang terjadi karena mahasiswa dianggap sebagai agent of change yang menjadi tonggak pelopor perubahan kehidupan kearah yang lebih baik. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kepedulian sosial, serta meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap risiko bencana yang sering terjadi di wilayah tersebut.
Kegiatan P2M dilakukan di Desa Cipada, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat. Desa Cipada terletak di kaki Gunung Burangrang Selatan. Secara geografis Desa Cipada berada di ketinggian 1006 meter dari permukaan laut dengan suhu rata-rata 28° – 32° C dan curah hujan berkisar 1.200 mm. Perekonomian Desa Cipada secara umum didominasi pada sektor pertanian yang sistem pengelolaanya masih sangat tradisional. Keadaan ekonomi masayarakat Desa Cipada sangatlah ditentukan oleh penghasilan atau produksi pertanian. Ini kaitannya dengan biaya operasional bertani dan harga hasil pertanian. Sehingga penghasilan petani sangatlah pluktuatif dan tergantung pada harga-harga pertanian. Tanaman disana ada teh, cengkeh, dan sayur-sayuran. Tingkat pendidikan menurut profil desa masih rendah. Desa tersebut berpotensi menjadi desa wisata sehingga telah dibangunnya wahana wisata alam seperti bukit senyum, Sendang Geulis Kahuripan, Situ Lembang Dano, serta masih banyak potensi wisata yang masih dalam proses perintisan.
Terdapat 11 kampung di desa ini, lokasi pengabdian berada di Kampung Pasir Malang. Permasalahan yang terdapat di Pasir Malang adalah bencana tanah longsor, yang sering terjadi terutama saat musim hujan. Pengabdian ini berfokus pada berbagai kegiatan strategis untuk mengurangi dampak bencana tanah longsor. Mahasiswa Pendidikan Geografi berupaya mengintegrasikan pengetahuan akademik dengan kebutuhan lokal masyarakat, sehingga kegiatan ini tidak hanya menjadi bentuk pengabdian, tetapi juga sarana pembelajaran untuk memperdalam ilmu yang relevan secara praktis tetapi juga memberikan pengalaman yang berharga bagi mahasiswa dalam mengaplikasikan pengetahuan geografi mereka di lapangan. Melalui pendekatan partisipatif, masyarakat diajak untuk mengenali potensi risiko yang dihadapi, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dampaknya.


Hasil dan Pembahasan
Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) adalah bentuk kontribusi nyata dari pembangunan berkelanjutan yang diwujudkan melalui suatu kegiatan yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa Pendidikan Geografi untuk berupaya membantu masyarakat dengan melakukan pemberdayaan tanpa mengharapkan imbalan. Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) ini dilaksanakan di Desa Cipada, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat. Dengan jumlah peserta 84 mahasiswa Pendidikan Geografi 2024. Kegiatan ini dilaksanakan selama empat hari yaitu pada tanggal 13 – 16 Januari 2025. Dalam pelaksanaannya kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) Mahasiswa Pendidikan Geografi ini dibagi melalui enam konten, yaitu Geografi Mengabdi, Geografi Mengajar, Geografi Penelitian, Geografi Lestari, Geografi Pembangunan dan Geografi Pemetaan. Pelaksanaan konten ini dibagi menjadi dua hari yang dilaksanakan pada tanggal 14 dan 15 Januari 2025. Berikut penjelasan tiap kontennya:


1. Geografi Mengabdi
Konten Geografi Mengabdi yaitu peserta P2M membantu kegiatan pemilik rumah yang ditempatinya ataupun membantu kegiatan masyarakat desa, baik disuruh oleh mereka atau inisiatif membantu pekerjaan masyarakat. Konten Geografi Mengabdi dilakukan dengan jumlah anggota 13 orang. Dalam konten mengabdi dibagi menjadi 6 kegiatan yang berbeda:

a. Membuat Comring
Peserta membuat comring lebar di rumah Ibu Ella Nurlaela sebagai pemilik comring lebar yang berdiri sejak tahun 2017 – sekarang. Comring merupakan makanan tradisional yang berbahan utama singkong yang sudah diolah menjadi aci. Proses pembuatannya dimulai dari membentuk adonan menjadi bulat hingga proses pengemasan. Uniknya di tempat ini comring dibentuk dengan cetakan sederhana yang memanfaatkan tutup gelas bekas minuman, dengan dicetak lalu diratakan menggunakan mangkuk. Comring lebar memiliki dua varian rasa yaitu rasa original dan rasa pedas. Dengan harga yang terjangkau untuk semua kalangan, mulai dari harga Rp. 5.000/250 gram, untuk harga Rp.25.000/500 gram, hingga di harga Rp. 50.000/1000 gram. Comring lebar ini sudah banyak dikenali, dan bahkan pembelinya berasal dari luar kota.

b. Panen Buncis
Peserta membantu memanen buncis milik salah satu warga desa. Butuh waktu 40 hari agar buncis dapat dipanen. Menurut pemilik ladang, buncis yang dipanen bisa mencapai puluhan kilo. Buncis yang baik untuk dipanen memiliki ukuran sekitar 10 -15 cm dengan warna hijau cerah yang seragam. Polongnya harus terasa kaku tetapi tidak terlalu tebal atau berserat, serta memiliki permukaan mulus tanpa bercak hitam atau tanda serangan hama. Biji di dalam polong sebaiknya masih kecil, menandakan bahwa buncis belum terlalu tua dan tetap renyah serta lezat untuk dikonsumsi. Peserta mengumpulkan buncis ke dalam ember lalu memilih mana yang bagus dan kurang bagus untuk di produksi yang nantinya dijual ke pasar.
c. Memberi Pakan Kambing
Dalam kegiatan membantu masyarakat Desa Cipada yang memelihara kambing dengan memberi makan rutin dua kali sehari pagi dan sore hari. Selain memberi makan ternak, kami juga berpartisipasi dalam mencari pakan ternak berupa rumput. Berdasarkan kearifan lokal warga setempat, waktu optimal untuk mencari rumput adalah sekitar pukul 09.00 pagi. Pemilihan waktu ini memiliki alasan yang logis jika dilakukan terlalu pagi, rumput masih basah oleh embun yang dapat mempengaruhi kualitas pakan, sedangkan jika terlalu siang akan terkendala cuaca yang terlalu panas dan menyulitkan proses pencarian rumput. Rumput liar yang tumbuh secara alami serta rumput yang memang sengaja ditanam khusus untuk keperluan pakan ternak. Kegiatan ini mencerminkan bagaimana masyarakat Desa Cipada memadukan pengetahuan tradisional dengan praktik peternakan yang efektif, dimana pemilihan waktu dan lokasi pencarian pakan didasarkan pada pengalaman turun-temurun untuk mengoptimalkan kualitas pakan ternak mereka. Pola pemberian pakan dua kali sehari menunjukkan dedikasi warga dalam memastikan ternak mereka mendapat nutrisi yang cukup secara konsisten.
d. Memetik Teh
Peserta diajak menyusuri jalan setapak menuju perkebunan, dimana para warga sudah mulai bekerja sejak pagi. Menurut salah satu petani, pekerjaan ini tidak hanya membutuhkan tenaga, tetapi juga ketelitian dalam memilih daun teh yang sudah dipanen, karena terkadang tanaman liar yang tumbuh disekitar daun teh sering ikut terambil saat proses panen berlangsung. Warga tersebut mengatakan bahwa rata-rata pendapatan dari hasil panen itu biasanya 50.000 sehari. Para pemetik teh di Desa Cipada kini lebih banyak menggunakan arit sebagai alat utama memanen. Ibu tersebut menjelaskan bahwa penggunaan arit jauh lebih cepat dibandingkan metode tradisional, dimana daun teh harus dipetik satu per satu menggunakan tangan. Dengan arit, mereka bisa memotong daun teh dalam jumlah yang lebih banyak sekaligus, sehingga waktu kerja menjadi lebih efisien. Di sela-sela waktu istirahat, para warga biasanya duduk bersama di tempat yang teduh untuk menikmati bekal yang mereka bawa dari rumah. Suasana istirahat terasa hangat, karena mereka saling berbagi makanan, menjadikan momen sederhana ini sebagai waktu untuk mempererat hubungan dan berbincang ringan. Tawa dan cerita-cerita kecil menghiasi waktu makan mereka, meskipun tubuh lelah setelah bekerja keras sejak pagi. Setelah istirahat selesai, mereka kembali melanjutkan aktivitas memanen teh dengan penuh semangat.
e. Mengajar di PAUD
Setiap pagi, peserta membantu Bu RW dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD menjadi ruang ekspresi yang dirancang untuk mendukung perkembangan anak secara optimal melalui pendekatan yang holistik dan menyenangkan. Dalam kegiatan sehari-hari, siswa dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas A dan kelas B, berdasarkan kelompok usia atau tingkat perkembangan mereka. Beragam aktivitas edukatif dan kreatif dilakukan untuk mendorong pertumbuhan keterampilan anak. Anak-anak diajarkan mengenal huruf melalui permainan interaktif, belajar menulis dengan cara yang sederhana dan penuh warna, serta mengekspresikan kreativitas melalui kegiatan mewarnai. Selain itu, kegiatan bernyanyi membantu melatih kemampuan bahasa dan sosial mereka, sedangkan bermain puzzle merangsang perkembangan kognitif dan kemampuan pemecahan masalah. Tidak ketinggalan, olahraga ringan dilakukan untuk mendukung perkembangan fisik serta membangun semangat kebersamaan. Semua kegiatan dirancang dengan suasana yang menyenangkan, sehingga anak-anak merasa nyaman dan antusias dalam mengikuti setiap pembelajaran. Pendekatan ini bertujuan menciptakan pondasi yang kuat bagi perkembangan intelektual, sosial, dan emosional anak sejak dini.
f. Mengajar Ngaji
Peserta mendampingi mengaji anak-anak mulai dari PAUD sampai Sekolah Dasar (SD) di masjid al-Hidayah Desa Cipada Kec. Cikalongwetan, Kab. Bandung Barat. Anak-anak di Desa Cipada biasanya mengaji setiap hari Senin-Jumat pada pukul 16.00-17.00. Dalam waktu yang terbatas, kami mendampingi anak-anak berbagai hal, mulai dari membaca Iqra, Al-Qur`an, surat-surat pendek, doa-doa harian dan mengakhirinya dengan mengadakan permainan seru bersama anak-anak. Anak-anak sangat antusias dan sangat senang dengan kehadiran kami selama dua hari itu. Kami pun turut merasa senang karena mendapat kesempatan untuk mengajar, berbagi ilmu, dan bermain bersama mereka.

2. Geografi Mengajar

Dalam Konten Geografi Mengajar jumlah peserta 17 orang. Pelaksanaan konten ini dibagi menjadi 2 hari, yang dilaksanakan di SDN Cipada,Cikalong wetan. Dalam kegiatan mengajar ini kami dibagi kelompok untuk mengajar kelas 4, Kelas 5A dan 5B, dan juga kelas 6A dan 6B. Kegiatan yang dilakukan di hari kedua P2M dan hari pertama geografi mengajar kami memfokuskan pada pematerian dan pembelajaran mengenai jenis-jenis bencana alam, bencana alam tanah longsor, mitigasi yang harus dilakukan, penyebab tanah longsor dan juga dampak yang terjadi akibat bencana tanah longsor. Pematerian ini bertujuan agar Siswa-siswi dapat lebih paham, mengerti dan mengenal bencana tanah longsor, penyebab, dampak dan mitigasinya. Di hari kedua kegiatan geografi mengajar yaitu kami melakukan kegiatan Simulasi Bencana bersama BPBD Kab. Bandung Barat sebagai bentuk edukasi tanggap sejak dini. Dengan semangat yang luar biasa dengan cara yang interaktif dan menyenangkan, siswa diajarkan langkah-langkah evakuasi yang aman dan benar, bagaimana cara menyelamatkan diri saat terjadinya bencana alam dan bagaimana tetap tenang saat menghadapi situasi darurat seperti gempa bumi. Manfaat dari konten mengajar dalam kegiatan Pengabdian Pada masyarakat ini bertujuan untuk dapat membantu siswa agar lebih mengerti apa yang harus dilakukan saat bencana terjadi. Kegiatan ini juga dirancang untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana, seperti tanah longsor dan gempa bumi.

3. Geografi Penelitian

Konten Geografi Penelitian dilakukan dengan jumlah anggota 15 orang. Kegiatan Konten Penelitian ini yaitu melakukan wawancara kepada masyarakat Desa Cipada untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Pada hari pertama peserta melakukan wawancara dengan tema sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya masyarakat di Desa Margaluyu. Peserta disebar untuk mewawancarai beberapa warga lalu mengisi jawaban yang didapat pada instrumen yang diberikan. Pada hari kedua peserta melakukan wawancara dengan tema kebencanaan tanah longsor. Dari hasil wawancara dan melihat langsung kondisi lapangan, Kp. Pasir Malang memang sering terjadi longsor karena memiliki kondisi lereng yang curam. Terlebih lagi pada saat musim hujan, sering terjadi longsor, namun tidak pernah ada korban jiwa. Sebagai bentuk pengurangan risiko bencana tanah longsor, masyarakat menanam banyak tanaman bambu di pinggiran lereng dan menumpukkan karung-karung yang berisi tanah di pinggiran area yang terjal.

4. Geografi Lestari


Konten Geografi Lestari berkegiatan langsung di lingkungan desa untuk pelestarian lingkungan. Dengan jumlah peserta 15 orang, kegiatan dilakukan selama dua hari. Permasalahan yang terdapat di Desa Cipada yaitu mengenai pengelolaan sampah. Kegiatan hari pertama konten Geografi yaitu membersihkan lingkungan sekitar Desa Cipada seperti membuang sampah, membersihkan selokan dan merapikan rumput yang sudah panjang di sekitar lapangan Desa Cipada. Kegiatan ini sangagt bermanfaat demi terciptanya lingkungan yang bersih. Kegiatan hari kedua yaitu menanam bibit tanaman jenis kayu putih, kayu manis, ringging dan binangor di lahan yang rawan terjadinya bencana longsor. Kegiatan menanam bibit tanaman di daerah rawan longsor memiliki berbagai manfaat penting, antara lain mengurangi erosi tanah, mencegah terjadinya longsor, serta memperbaiki kualitas air dan mengurangi risiko banjir. Akar pohon yang menyebar dapat menahan tanah, menjaga kestabilan lereng, dan melindungi infrastruktur dari kerusakan akibat longsor. Dengan demikian, penanaman pohon di daerah rawan longsor sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan meningkatkan ketahanan lingkungan. Selain menanam bibit tanaman kami juga mencari makan untuk kambing milik warga Desa Cipada.

5. Geografi Pembangunan


Konten pembangunan melaksanakan konten dengan membuat palang rambu penanda keamanan dan membuat tong sampah. Konten Pembangunan dengan jumlah peserta 15 orang, peserta membuat palang-palang penanda, seperti yang bertuliskan “Awas Jurang”, “Awas Licin”, “Titik Kumpul”, dan “Petunjuk Area Berkumpul”. Pembuatan simbol-simbol kebencanaan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang potensi bahaya bencana alam yang dapat terjadi di sekitar mereka. Pemasangan palang dan simbol ini sangat penting, terutama di daerah yang rawan longsor dan tebing curam, untuk mengingatkan warga agar berhati-hati dan menghindari aktivitas yang berisiko di area tersebut. Serta pembuatan tempat sampah juga menjadi salah satu fokus utama kegiatan ini. Alasan utama dibalik pembuatan tempat sampah adalah untuk mengurangi masalah sampah yang berserakan di sekitar desa dan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan.

6. Geografi Pemetaan

Konten Pemetaan yang bertujuan untuk membuat peta kerawanan bencana di daerah Desa Cipada. Dengan jumlah peserta 6 orang, kegiatan yang dilaksanakan oleh konten pemetaan yaitu melakukan pengamatan secara langsung di wilayah yang memiliki tingkatan kemiringan lereng yang berbeda, melakukan wawancara terhadap masyarakat desa untuk mengetahui lebih banyak bencana di sekitar, dan melakukan sosialisasi peta kepada pemerintah dan masyarakat setempat. Keterkaitan antara peta rawan bencana dan lokasi longsor sangat penting untuk memahami serta mengelola risiko bencana di suatu daerah. Di Desa Cipada, yang terletak di kawasan pegunungan dan memiliki kontur tanah yang terjal, peta rawan bencana longsor sangat relevan. Dengan mengetahui area yang paling rentan terhadap longsor, masyarakat dan pihak berwenang dapat melakukan upaya mitigasi seperti membangun saluran drainase yang baik, melakukan konservasi tanah, dan memberikan edukasi kepada warga tentang tindakan yang harus dilakukan saat terjadi potensi longsor. Oleh karena itu, peta rawan bencana longsor bukan hanya sebagai alat pemetaan, tetapi juga sebagai dasar dalam merancang kebijakan dan langkah-langkah konkret untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana longsor di wilayah tersebut.

Kesimpulan
Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) di Desa Cipada berhasil menjadi wadah implementasi ilmu pengetahuan mahasiswa Pendidikan Geografi dalam bentuk nyata yang berdampak positif pada masyarakat. Melalui enam konten utama yang dirancang dan dilaksanakan, program ini mampu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap mitigasi bencana tanah longsor, pengelolaan lingkungan, dan pelestarian budaya. Mahasiswa berperan aktif sebagai fasilitator dalam membangun kemandirian masyarakat untuk menghadapi permasalahan lokal. Selain itu, kegiatan ini juga memberikan pengalaman praktis bagi mahasiswa dalam mengintegrasikan ilmu akademik dengan pengabdian masyarakat, mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan di wilayah sasaran.