Webinar Literasi Geografi (Narasi Geografi)

Penulis : Adrian Ripaldi Simbolon (Pend. Geografi, 1806180), Muhammad Fauzi Adnan (SaIG, 1902562), dan Yusuf Habibi (1907695)

Editor : Fath Auli Muhammad

Doc. Penulis

Berkarya kreatif, inovatif dan berdaya saing tinggi adalah keinginan banyak orang. Karya yang penuh dengan ide demikian akan berguna bagi kemajuan bangsa. Sebelum memanifestasikan sebuah karya, seseorang perlu memiliki ide dan menulisnya. Kenyataan yang terlihat adalah orang sering kali bingung, bagaimana menemukan ide untuk akhirnya menulis. Hal ini adalah salah satu faktor orang-orang enggan untuk menulis.

Saat ini, dunia sedang dihebohkan dengan situasi pandemi. Indonesia pun menjadi negara yang tidak terluput dari KLB (Kejadian luar biasa) ini. Tercatat pada tanggal 09 September 2020, ada 200.035 jiwa masyarakat Indonesia yang telah terjangkit Covid-19 (Satgas Penanganan Covid-19, 2020). Covid-19 dapat menyebar melalui tetesan aerosol dan kontak langsung (Kemendagri, 2020). oleh karena itu pemerintah menyarankan aktivitas lebih baik banyak dilakukan di rumah.

Orang-orang banyak memiliki waktu di rumah karena keberadaan pandemi, namun sangat disayangkan apabila waktu yang cukup banyak ini tidak dimanfaatkan secara optimal. Orang-orang yang tidak produktif dan mengasah diri saat pandemi melainkan membiasakan diri untuk bermalas-malasan, akan di era society 5.0 sekarang ini.

Himpunan mahasiswa geografi FPIPS UPI memiliki potensi yang perlu diwadahi. Potensi HMG FPIPS UPI dapat digunakan untuk membantu mahasiswa dan masyarakat umum dalam mengoptimalkan waktu di masa pandemi untuk menghasilkan karya kreatif, inovatif dan berdaya saing tinggi. Hal ini menjadi beban dan tantangan bagi HMG FPIPS UPI karena sebagai organisasi mahasiswa, HMG FPIPS UPI merasa memiliki kewajiban untuk melakukan Tri Dharma perguruan tinggi. Potensi pada HMG FPIPS UPI sudah dimanifestasikan dalam bentuk program kerja baru yaitu Webinar Literasi Geografi (Narasi Geografi) pada tanggal 8 September 2020.

Webinar Literasi Geografi atau disingkat Narasi Geografi adalah sebuah seminar virtual yang dilaksanakan Departemen Pendidikan HMG FPIPS UPI untuk membahas topik-topik tertentu secara akademis. Kegiatan Narasi Geografi pada tanggal 8 September 2020 mengangkat tema “Mengoptimalkan Budaya Literasi di Masa Pandemi untuk Menghasilkan Karya Kreatif, Inovatif dan Berdaya Saing” tema ini dipilih agar peserta webinar dapat memiliki semangat untuk literasi dimasa pandemi sehingga menjadi pembaca dan penulis yang hebat. Pembaca dan penulis yang hebat adalah pembaca dan penulis yang kreatif dan inovatif. Pembaca yang kreatif dan inovatif adalah pembaca yang tidak hanya sekedar membaca namun mengaplikasikan bacaannya dalam kehidupan sehari-hari dengan kombinasi ide yang di milikinya untuk menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat sedangkan penulis kreatif dan inovatif adalah penyusun tulisan yang dapat menyelesaikan masalah dengan suatu ide yang baru, walaupun dalam keterbatasan tapi idenya terbukti logis serta ampuh dalam menyelesaikan masalah.

Narasi Geografi dihadiri oleh berbagai mahasiswa dari kampus-kampus selain UPI, beberapa instansi pemerintah/swasta, dan masyarakat umum. Pembicara pada Webinar Literasi Geografi adalah Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S. (Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia) dan Pak Daulat Purba, S.Pd. (Pemenang 7x Gold Medal International Competition). Kedua orang tersebut dipilih menjadi pembicara dalam kegiatan Narasi Geografi karena telah memiliki pengalaman dan segudang prestasi di dunia akademik .

Pematerian pertama webinar diisi oleh Ibu Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S. Beliau membahas terkait berbagai cara untuk mengoptimalkan budaya literasi di masa pandemi ini secara umum. Banyak konsep yang dijelaskan secara dalam oleh beliau saat menyampaikan materi seminar diantaranya adalah era society 5.0 dimana budaya literasi cenderung menurun akibat kuatnya arus teknologi yang memudahkan berbagai informasi sampai ke orang-orang dengan bahasan yang lebih singkat dan mudah dimengerti. Orang-orang juga dituntut untuk memikirkan pekerjaan yang akan ada, dan bekerja pada bidang pekerjaan tersebut, untuk bisa bereksistensi di era Society 5.0. Sekarang akan banyak pekerjaan-pekerjaan yang dulunya ada akan hilang dan tergantikan menjadi yang baru. Contohnya adalah tukang koran yang mulai tergantikan oleh media berita yang dapat kita akses melalui gawai, tukang pos yang tergantikan oleh jasa pengiriman barang milik swasta, bahkan hakim pun bisa tergantikan oleh teknologi apabila bekerja dengan tidak adil dan teknologi yang mendukung sudah dikembangkan. Beliau juga menjelaskan pentingnya keterampilan 4C untuk hidup di era Society 5.0. Keterampilan tersebut diantaranya adalah critical thinking, creativity, collaboration, dan communication. Beliau juga membahas keterkaitannya budaya literasi dengan aspek-aspek pendukung literasi, seperti membaca, diskusi dan menulis. Dalam literasi, ada sebuah tantangan. Tantangan pada literasi adalah bagaimana cara kita untuk mengolah dan mengklasifikasikan sebuah bacaan atau tulisan untuk menghasilkan informasi yang lebih mudah dipahami.

Pematerian kedua diisi oleh Pak Daulat Purba S.Pd. pada kesempatannya beliau membahas tema mengoptimalkan budaya literasi di masa pandemi dengan isi materi yang berbeda dari Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S. beliau menjelaskan bahwa saat ini literasi sangat dibutuhkan agar masyarakat Indonesia paham mengenai bahaya serta potensi bahaya yang sedang dan telah melanda Indonesia. Dalam menanggulangi masalah tersebut, memadukan kreativitas dan inovasi ke dalam proses membaca dan menulis merupakan hal yang sangat penting. Pak Daulat Purba S.Pd. sadar bahwa dalam menemukan ide untuk menyelesaikan masalah bangsa Indonesia dan masalah pada kehidupan kita sehari-hari merupakan hal yang tidak mudah apalagi perlu dipadukan dengan kreativitas dan inovasi. Melihat masalah itu, beliau akhirnya menjelaskan  tiga kunci untuk mendapatkan ide yang adalah finding the problem making problem,using and the new technologies.

Doc.Penulis

Pertama finding the problem maksudnya adalah mencari masalah di lingkungan. Dalam mencari masalah di lingkungan, kita dituntut teliti dan peka terhadap lingkungan. Kombinasi antara ketelitian dan kepekaan, akan memudahkan seseorang untuk menemukan ide dari masalah di lingkungan. Kedua making problem, maksudnya adalah kita perlu melakukan percobaan namun jangan sampai merugikan orang lain. Setelahnya kita perlu belajar dari masalah, berusaha berpikir untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang lebih efektif dan efisien dari masalah yang ada. Ketiga adalah Using The New Technologies, maksudnya adalah kita mengombinasikan suatu hal baik objek, peralatan ataupun kejadian dengan teknologi baru, sehingga menghasilkan karya yang baru, dengan fungsi yang mungkin lebih banyak dari barang yang sudah ada dan bekerja secara lebih efisien.

Konsep menarik lain yang di sampaikan Pak. Daulat Purba S.Pd. adalah ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Tiga kunci tersebut bisa dipakai dalam kehidupan sehari hari untuk membangun sebuah ide atau gagasan yang utuh. ATM bukan ide yang buruk, tapi menyatakan bahwa seseorang setuju dan mengapresiasi dengan ide-ide dari hasil penemuan peneliti sebelumnya namun mungkin tidak sejalan dengan beberapa pemikiran dari peneliti sebelumnya. Pelaku ATM kemudian melakukan modifikasi berupa dengan mengganti, mengurangi atau menambahkan sesuatu pada ide yang sudah ada sehingga menjadikan hasil penelitian yang optimal.

Pak. Daulat Purba S.Pd. sangat mendorong peserta webinar agar mengikuti perlombaan. Hal itu disampaikan beliau karena banyak keuntungan yang dapat diperoleh apabila mengikuti perlombaan untuk diri sendiri maupun orang lain. Ditunjukkan dengan adanya bahasan mengenai KTI dan essay. Poin yang ditekankan beliau dalam menulis KTI dan essay adalah hubungan antara tulisan yang ditulis, sistematika penulisan yang benar sampai membuat judul yang menarik.

Walaupun ada kendala-kendala dan kesalahan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, akhirnya kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik dan semoga  diambil manfaatnya oleh pengurus BEM HMG FPIPS UPI dan seluruh peserta webinar dari masyarakat umum. Antusias dari masyarakat terhadap kegiatan Webinar Literasi Geografi pun cukup besar, pendaftar pada kegiatan ini adalah sebanyak 821 orang. Peserta juga antusias dalam bertanya kepada pemateri saat sesi diskusi dibuka.

Kemampuan literasi pada seseorang dapat dianalogikan sebagai pisau. Pisau harus diasah untuk menjadi tajam, demikian juga manusia perlu melatih dirinya dengan setiap tantangan yang ada dengan tidak menyerah, melainkan melakukannya dengan sungguh-sungguh melakukannya sehingga orang tersebut dapat menjadi pembaca dan penulis yang hebat. Himpunan Mahasiswa Geografi FPIPS UPI berharap kegiatan ini dapat bermanfaat bagi banyak orang, tidak hanya bagi peserta webinar, namun setiap orang yang bertemu dengan peserta webinar semoga dapat merasakan manfaat dari ilmu yang diaplikasikan oleh peserta webinar setelah mengikuti webinar literasi geografi ini.