Sparing Melawan Hawa Nafsu (Duduk Gembira 1)

Penulis : M. Faisal Yusuf Al-Ayubi (SaIG, 1902865) dan Ruslan Abdul Munir (SaIG, 1902321)

Editor: Miya Surasih Septianingrum 

Doc. Penulis

Sabtu, 15/08/2020 Salah satu program kerja Departemen Kerohanian HMG FPIPS UPI yaitu Duduk Gembira (DUGEM) telah berjalan sesuai dengan rencana. Banyak perbedaan antara kegiatan Duduk Gembira sekarang dengan tahun sebelumnya, hal tersebut berkaitan dengan kondisi saat ini yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan Duduk Gembira secara langsung, sehingga Duduk Gembira 1 dilaksanakan secara daring via Google Meet. Tema yang diangkat pada Duduk Gembira 1 ini adalah Milenial Melek Agama (MMA) “Sparing Melawan Hawa Nafsu”. Tema tersebut diangkat sebab melihat urgensi jihad melawan hawa nafsu sangatlah utama, terlebih kondisi saat ini yang serba di rumah tentunya banyak sekali godaan bagi kita sehingga sukar untuk berbuat kebaikan. Diharapkan dengan diselenggarakannya Duduk Gembira 1 ini dapat memberikan sedikit pencerahan ilmu bagi semua partisipan yang hadir dalam acara tersebut. Adapun pemateri yang menjadi narasumber dalam acara ini adalah Muhamad Rafi Anggara, beliau merupakan salah satu lulusan Pendidikan Teknik Elektro UPI yang telah memiliki banyak pengalaman baik itu organisasi keislaman, prestasi, dan lain sebagainya.

Acara dimulai sekitar pukul 16.45 WIB yang dibuka oleh moderator kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari salah satu dosen Departemen Pendidikan Geografi yaitu Bapak Riki Ridwana M.Pd., M.Sc,. Beliau menyampaikan bahwa acara tersebut merupakan acara yang bagus terlebih dengan mengangkat tema hawa nafsu. Setelah itu dilanjutkan dengan sambutan oleh ketua pelaksana program kerja Duduk Gembira yaitu saudari Naura Dliya Ulya A. Beliau menyampaikan banyak terima kasih kepada para panitia dan partisipan yang berkenan hadir dalam acara tersebut. Acara selanjutnya yaitu pembacaan ayat suci Al-Quran oleh saudara M. Faisal Yusuf Al-Ayubi dan dilanjutkan kepada acara inti yaitu pematerian oleh Muhamad Rafi Anggara.

Doc. Penulis

Dalam kesempatan ini beliau menyampaikan bahwa secara bahasa nafsu merupakan kecenderungan, keinginan atau dorongan dari hati untuk melakukan sesuatu. Memiliki nafsu merupakan sebuah fitrah bagi manusia, dengan adanya nafsu manusia memiliki keinginan dan kemampuan untuk bertahan hidup seperti keinginan untuk makan, keinginan untuk berkeluarga dan keinginan lainnya yang menunjang dirinya bisa mempertahankan hidupnya.  Meski begitu, ketika manusia sudah menjadi hamba dari nafsunya ia menjadi manusia yang tidak terkendali dan terus menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginannya tanpa memedulikan batasan-batasan yang ada sebagai manusia. Oleh karena itu, nafsu dikonotasikan sebagai suatu hasrat untuk melakukan suatu keburukan demi memenuhi keinginan pribadi. Menurut Abu Hamid Imam Al Ghazali, ada 3 bentuk reaksi manusia terhadap hawa nafsunya, yaitu sebagai berikut:

Pertama, Nafs al-Muthmainnah (nafsu yang tenang), yaitu ketika iman menang melawan hawa nafsu, sehingga perbuatan manusia tersebut lebih banyak yang baik daripada yang buruk. Dengan kata lain manusia mampu mengontrol hawa nafsunya sehingga ia mampu terus berbuat baik.

Kedua, Nafs al-Lawwamah (nafsu yang gelisah dan menyesali dirinya sendiri), yaitu ketika iman kadang menang dan kadang kalah melawan hawa nafsu, sehingga perbuatan baiknya relatif seimbang dengan perbuatan buruknya. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa berjuang atau bermujahadah untuk selalu bisa berbuat kebaikan.

Ketiga, Nafs al-Ammaarah al-Suu’ (nafsu yang mengajak kepada keburukan), yaitu ketika iman kalah dibandingkan dengan hawa nafsu, sehingga manusia lebih banyak berbuat yang buruk daripada yang baik. Mereka inilah yang hawa nafsu sepenuhnya telah dikuasai dan tidak dapat melawannya sama sekali.

Dikisahkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, setelah Perang Badar selesai beliau bersabda, “Kalian telah pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran besar.” Lantas sahabat bertanya, “Apakah pertempuran akbar (yang lebih besar) itu wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, “Jihad (memerangi) hawa nafsu. Begitu besarnya dan sulitnya perang melawan hawa nafsu.” Mendengar hal tersebut teringat satu kutipan dari Abu Hamid Al-Ghazali  yaitu seorang filsuf dan sofis dari Persia yang mengatakan bahwa “Yang paling besar di bumi ini bukan gunung dan lautan melainkan hawa nafsu yang jika gagal dikendalikan maka kita akan menjadi penghuni neraka.”

Setelah sesi pematerian selesai maka dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang berlangsung selama kurang lebih 25 menit. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh audiens kepada pemateri perihal tema yang dibahas pada Duduk Gembira 1 ini. Di antaranya cara mengalahkan hawa nafsu, faktor yang membawa kita kepada nafsu yang buruk dan pertanyaan seputar nafsu kamaliah. Rangkaian acara Duduk Gembira 1 ini berjalan dengan sesuai rencana, meskipun dalam pelaksanaannya ada beberapa kendala dan semoga bisa menjadi pembelajaran bagi kegiatan acara Duduk Gembira selanjutnya.

Ingin kutikam nafsu yang mencuri akal sehat dan menelantarkanku pada rimba tak bernama. – Asma Nadia