SEKOLAH ALAM : PENGARUH PESATNYA PEMBANGUNAN DI KOTA BANDUNG TERHADAP KUALITAS AIR DI SUNGAI CIKAPUNDUNG

Penulis : Arcita Rizara (1908521)
Editor : Nida Rahma Maulidya (2006196)

Doc. Penulis

Pada hari Sabtu, tanggal 7 Juli 2021, Departemen Lingkungan Hidup (DEPLING) telah melaksanakan kegiatan “Sekolah Alam” secara online melalui media Zoom Meeting. Acara tersebut mulai dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB dan berakhir pada pukul 11.00 WIB, diawali oleh MC dengan pengkoordisian peserta untuk memasuki Zoom Meeting. Selanjutnya dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh salah satu anggota BEM HMPG UPI hingga seterusnya sambutan dari Dr. Iwan Setiawan, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Geografi UPI, Muhammad Rizky Juniarto selaku Ketua BEM HMPG UPI, serta Gandis Fitria Munggaran selaku Ketua Pelaksana pada kegiatan ini. Kegiatan “Sekolah Alam” ini pun dimoderatori oleh Elbara G. Budiman selaku Ketua Departemen Lingkungam Hidup (DEPLING).

Materi pada acara ini mengulas tentang “Pengaruh Pesatnya Pembangunan di Kota Bandung terhadap Kualitas Air di Sungai Cikapundung.” yang disampaikan oleh Nursep Supriadi atau biasa dikenal Kang Nusep selaku founder Serlok Bantaran. Beliau berucap bahwasannya kegiatan ini membahas mengenai ilmu yang bermanfaat, diantaranya mengenai kualitas air di Sungai Cikapundung sebagai sungai yang sangat vital bagi kota Bandung. Pada dasarnya sungai memiliki peran penting sebagai sumber kehidupan bagi makhluk hidup di sekitarnya. Jika kondisi lingkungan sungai tercemar, maka kehidupan di dalam maupun di sepanjang aliran sungai akan terancam. Menurut Kang Nusep, tindakan pemerintah masih kurang baik dalam menangani permasalahan yang terjadi di Sungai. Pemerintah tidak mendekatkan masyarakat dengan sungai, melainkan menjauhkan pembangunan masyarakat dari sungai. Misalnya saja rumah yang membelaKangi sungai, menurutnya dampak ini akan merusak morfologi sungai.

Dengan tindakan pemerintah yang menurutnya kurang baik tersebut, Kang Nusep beserta komunitasnya membuat saungan sekolah alam yang berguna untuk pengedukasian masyarakat mengenai lingkungan khususnya sungai. Tindakan yang dilakukannya tersebut sedikit demi sedikit mengubah kondisi Sungai Cikapundung menjadi lebih baik, Akan tetapi, tentulah semua itu dapat terealisasikan jika Sumber Daya Manusia (SDM)-nya itu sendiri dapat mendukung perbaikan kondisi alamnya juga. Karena lingkungan butuh sentuhan tangan dari semua pihak bukan hanya dari pemerintahnya sendiri.

Dalam forum ini juga diadakan audiensi bersama seluruh mahasiswa. Dalam forum tersebut terdapat beberapa pertanyaan yang diajukan, sebagai berikut.

  1. Dari permasalahan yang terjadi di Sungai Cikapundung, bagaimana respon masyarakat dalam menangani permasalahan yang terjadi di sungai ini. Apakah masyarakat tetap menggunakan air sungai ini sebagai kebutuhan sehari-hari atau mencari alternatif lain seperti mencari sungai lain sebagai pengganti peran di Sungai Cikapundung?

Jawab:

Kang Nusep: “Pada tahun 1980 air Sungai Cikapundung sangat berguna bagi kehidupan masyarakat sebagai makan, minum, mandi, dsb. Namun pada tahun 1990, air Sungai Cikapundung sudah tidak layak lagi, karena terkadang di Sungai Cikapundung terdapat kotoran hewan, bahkan terdapat kotoran manusia yang menggenangi Sungai Cikapundung. Hal-hal tersebut yang menyebabkan masyarakat sudah tidak lagi menggunakan Sungai Cikapundung. Akhirnya pada tahun 2007 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mengambil air dari hulu Sungai Cikapundung termasuk dari central dago untuk mengalirkan air ke daerah Bandung Utara, sejujurnya kami tidak menginginkan karena ini akan berakibat merusak morfologi sungai yang telah kami tata. Karena yang kami lakukan itu akan berguna bagi alamnya sendiri.”

  1. Pertanyaan dari sdr. Ramadhan.

Apakah Sungai Cikapundung masih bisa digunakan atau tidak? Bagaimana caranya untuk mengembalikan kualitas air Sungai Cikapundung?

Jawab:

Kang Nusep: “Masih dapat digunakan tetapi hanya untuk berenang, air Sungai Cikapundung ini sudah tidak lagi dapat dikonsumsi. Kalau untuk mengembalikan kualitas air Sungai Cikapundung seperti dulu itu memerlukan waktu yang sangat lama, bahkan sepertinya sudah tidak bisa. Karena kurangnya sosialisasi dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada, karena semua itu dapat terwujud jika Sumber Daya Manusia (SDM) nya juga mendukung. Makanya disini Kang Nusep mencoba untuk memperdaya sungai agar dapat bernilai ekonomi. Menurutnya jika sungai ini dapat bernilai untuk masyarakat pasti masyarakatnya sendiri akan mempertahankan /menjaga Sungai Cikapundung ini. Program ini masih dalam proses, yang mudah – mudahan dapat segera terlaksana.”

  1. Pertanyaan dari kolom chat Zoom Meeting (anonymous).

Pernahkah Serlok Bantaran dididik untuk memfilter limbah pabrik, karena kalo cuma diberi sanksi atau ditindak lanjuti secara tegas, pihak pabrik pasti susah untuk diajak berkontribusi, akan lebih baik dari pihak serlok bantaran membantu pabrik dalam mengelola limbah tersebut?

Jawab:

Kang Nusep: “Jika disekitaran serlok bantaran ke atas tidak ada pabrik, jika ada pabrik sepertinya sudah disekitaran Bandung Selatan. Di sekitaran Bandung Utara hanya ada pabrik-pabrik tahu kecil. Disana terdapat pembagian tugasnya masing-masing, jika niat kitanya sudah benar tetapi saat masuk kesana takutnya kita yang akan terkena boomerangnya. Karena pemerintah pun mempunyai tugasnya masing-masing seperti penanganan Limbah, jika kita masuk kesana itu sudah mempunyai tugas masing-masing. Karena program kami sendiri saja tidak ada bantuan dari pemerintah, komunitas ini berdiri dari dalam diri sendiri yang ingin berkontribusi. Komunitas ini tidak dapat bantuan dari pemerintah tetapi kami akan tetap membantu pemerintah dalam menangani masalah pada Sungai Cikapundung secara sukarela.”

  1. Pertanyaan dari sdr. Aqshal Anom Gumiwang

Bagaimana cara akang untuk bisa menjaga rasa kepedulian terhadap lingkungan?

Jawab:

Kang Nusep: “Kita sendiri harus belajar caranya untuk bersabar dan ikhlas. Yang kita buat dan lakukan selama ini belum tentu diterima dengan baik walaupun niat kita baik belum tentu diterima dengan masyarakat itu baik. Menurutnya jika belajar dari alam sendiri dapat mengubah dirinya yang awalnya jika mengatasi masalah dengan emosi yang tinggi sekarang dapat meredakannya sendiri. Karena oksigen, bebatuan, dan lain-lain itu memang mengandung energi positif untuk diri sendiri.”

  1. Pertanyaan dari sdr. Alpacino Faudra

Selain Sekolah Alam apakah dari program lain dari teman teman mahasiswa/masyarakat sebagai upaya menjaga kelestarian sungai Cikapundung?

Jawab:

Kang Nusep: “Sekolah Alam kan bukan sekolah formal, jadi siapapun juga dari semua kalangan maupun umur boleh mengikuti sekolah alam ini. Apa yang dikatakan Pak Iwan itu benar, jika kita banyak berinteraksi dengan alam, itu akan membuat lebih cepat masuknya ke kita dibandingkan dengan didalam ruangan itu akan mempercepat titik jenuh.”

  1. Pertanyaan dari sdr. Chantyca Amelia Piyoh

Selain pembangunan seperti pabrik, rumah, atau gedung-gedung tapi juga banyak pembangunan pariwisata yang ada di dekat dengan sungai. Bagaimana pandangan Kang Nusep terhadap fenomena pembangunan pariwisata yang lumayan banyak saat ini?

Jawab:

Kang Nusep: “Jika pembangunan-pembangunan itu kan bukan dari pihak kita yang mengizinkan, karena perizinan itu adanya di provinsi. Semua perizinan itu balik lagi ke pemerintah sendiri. Jika untuk wisata dibantaran sungai, banyak pengusaha-pengusaha pembangunan pariwisata yang banyak datang ke Kang Nusep untuk minta saran. Kang Nusep selalu menambahkan, jangan lupa untuk selalu menanam pohon. Karena kalau bukan dari kita dari siapa lagi, untuk penghijauan lingkungan. Karena guna untuk mengajarkan generasi selanjutnya.”

  1. Pertanyaan dari sdr. Aldi Dwi Cahyo

Bagaimana pandangan Kang Nusep terkait lingkungan, terutama tentang kecintaan kita terhadap kebersihan dan kelestarian sungai, apalagi selagi kita masih jadi mahasiswa. Kemudian peran mitigasi bencana yang bisa dilakukan seperti apa yang bisa kita lakukan ketika memang pencegahan tentang kebersihan dan kelestarian sulit dilakukan?

Jawab:

Kang Nusep: “Kuncinya adalah lebih baik mencegah daripada mengobati, makanya fungsinya bersosialisasi itu ya seperti ini. Jika sudah seperti ini jika sungainya kotor kita juga yang akan terkena penyakit, lebih baik kita cegah dulu penyakitnya daripada penyakitnya datang ke kita. Ini juga berguna untuk mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan kedepannya.”

Jagalah alam ini sebelum alam ini tidak bisa menjaga kita, itu akan berbahaya. Karena jika alam sudah mengamuk, siapa yang bisa menolong? Tidak akan ada yang bisa, maka selama kita masih hidup ayo kita jaga alam kita.”

Kang Nusep

Setelah terlaksananya sesi tanya-jawab, maka selanjutnya diakhiri dengan kesimpulan dari moderator, yaitu bahwa Sungai Cikapundung ini memiliki peran penting, kemudian dari dampak pembangunan di Kota Bandung ini menimbulkan dampak-dampak dalam perubahan lingkungan  dan dampak tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas pada sungai Cikapundung. Kita pun sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) harus terus menjaga kelestarian alam kita jangan sampai karena kebutuhan  yang terus tumbuh khususnya di Indonesia maka kita lupa menjaga lingkungan kita sendiri. Walaupun kita butuh lingkungan tetap harus dijaga karena kita sendiri tinggal berdampingan dengan alam satu sama lain yang pasti harus saling menjaga. Semoga dengan adanya acara ini kita dapat memahami betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan alam yang dapat menghidupi  anak maupun cucu kita nanti.

Setelah penyampaian kesimpulan acara disampaikan oleh moderator, berlanjut pada sesi yang paling akhir yakni penyerahan sertifikat bagi pemateri yang diwakilkan oleh ketua pelaksana Sekolah Alam tahun 2020/2021, serta dilanjutkan dengan sesi foto bersama yang kemudian ditutup dengan doa.