Kepelatihan Micro Learning : Kebijakan Smart Campus, Konten Digital Konsep dan Strategi Microlearning

Penulis : Vina Aulia Nafisyah (1900313)
Editor : Mararosa Fitriawati

Departemen Pendidikan Geografi UPI menyelenggarakan pelatihan micro learning untuk para dosen Departemen Pendidikan Geografi pada hari Rabu, 4 Agustus 2021 secara daring melalui platform zoom clouds meeting.

Doc Penulis

Kepelatihan ini dihadiri oleh Dr. Agus Mulyana, M.Hum. selaku Ketua Dekan FPIPS UPI, Dr. Ahmad Yani, M.Si. selaku Kepala Divisi Pengembangan Kurikulum, Dr. Rudi Susilana, M.Si. beserta tim selaku Ketua Asosiasi Program Studi Teknologi Pendidikan Indonesia, Guru besar dan Dosen Pendidikan Geografi serta Mahasiswa Pendidikan Geografi angkatan 2019.

Doc Penulis

Kepelatihan sesi pertama ini diisi oleh Dr. Mamat Ruhimat, M.Pd. terkait Kebijakan Smart Campus, Konten Digital Konsep dan Strategi Micro learning. Beliau memaparkan bahwa Smart Campus merupakan seluruh kegiatan tridharma dengan menggunakan IT sebagai tulang punggungnya. Pada kenyataannya smart campus belum berjalan sepenuhnya. Di Indonesia smart campus hanya sebatas nama saja karena untuk implementasinya belum cukup baik. UNESCO menyatakan sekitar setengah populasi siswa dunia sekarang tidak bersekolah karena pandemi Covid-19, ini tentu menjadi sebuah masalah karena akan memicu terjadinya pembodohan masal.

Beragamnya kondisi sosial ekonomi, akses teknologi, serta kondisi wilayah sebaran covid-19 menyebabkan proses belajar serta capaian belajar siswa sangat bervariasi. Belajar di rumah, dalam beberapa kasus menyebabkan terjadinya deficit atau less competencies. Maka dari itu, pada tahun ajaran baru sebelum masuk ke pembahasan materi perlu diawali dengan assesment untuk mengdiagnosa pengaruh belajar di rumah (BDR) pada capaian belajar siswa.

Cara belajar yang dilakukan pembelajar milenial di tengah maraknya perkembangan teknologi digital dipastikan berbeda dengan cara belajar di era konvensional, plus Pandemi Covid. Saat ini pembelajaran daring memang tidak mudah dilakukan, ada sesuatu yang hilang yaitu pendidikan karakter. Sekarang tatapan itu menjadi tatapan maya. Itu menjadi sebuah tantangan bagi dosen dan guru untuk tetap bisa menyampaikan pendidikan karakter kepada siswa atau mahasiswa walaupun secara daring.

Di suasana yang seperti ini, Micro learning dianggap salah satu pilihan karena merupakan sebuah cara beradaptasi dengan zaman. “Micro” berarti ukuran kecil dan “learning” berarti kegiatan belajar. Micro learning dapat diartikan kegiatan belajar dengan skala (unit/scope) yang kecil. Menurut Theo Hug, Innsbruck, 2005 micro learning merupakan pendukung pembelajaran berulang melalui menanamkan proses pembelajaran ke dalam rutinitas sehari-hari dengan memanfaatkan perangkat komunikasi.

Banyak yang memperdebatkan micro learning itu masuk ke dalam sebuah metode pembelajaran dan ada juga yang menyebutkan bahwa micro learning itu termasuk ke strategi pembelajaran. Tetapi, yang paling penting micro learning itu merupakan sebuah metode, sebuah cara, atau sebuah strategi.

Micro learning Sebagai Metode Pembelajaran

Micro learning merupakan sebuah metode pembelajaran dengan skala kecil. Object learning dirancang jadi berbagai segmen kecil melalui aneka format media komunikasi. Pada dasarnya otak manusia itu Jenius dan untuk mempertahankannya yaitu dengan memanjakan otak. Cara memanjakan otak bisa dilakukan dengan learning object seperti, video dengan durasi 1-3 menit dan paling lama 5 menit, infografis, gambar, artikel, kutipan dsb.

Micro learning Sebagai Strategi

  • Strategi yang digunakan untuk merancang konten pembelajaran dalam unit/scope yang relatif kecil menjadi segmen-segmen kecil dan terfokus, sehingga lebih mudah untuk dipahami.
  • Konten belajar dengan durasi yang cukup panjang disajikan secara singkat dengan durasi 1-3 menit, sehingga lebih tuntas untuk dipelajari.
  • Menghasilkan jenis konten yang praktis, sehingga lebih mudah diakses kapan saja dan dimana saja.
  • 58% pembelajar lebih memilih sumber online untuk memenuhi kekurangan informasi
  • Belajar dengan durasi 1-3 menit sesuai dengan kemampuan otak dalam menyimpan informasi
  • Lebih menghemat biaya dan waktu

Adapun Beberapa Karakteristik Micro Learning, diantaranya:

  1. Durasi Singkat
  2. Suasana belajar lebih santai
  3. Diurutkan dan berjalan, atau sesuai dengan permintaan
  4. Lebih tepat waktu

Terdapat 10 Tipe Micro Learning, yaitu:

  1. Infographics, pendekatan visual untuk merangkum aspek-aspek utama mengarah pada daya ingat dan retensi yang lebih tinggi.
  2. Interactive Infographics, pendekatan berbasis visual dengan fitur interaktivitas, memungkinkan pembelajaran untuk mengemas lebih banyak detail informasi.
  3. PDFs, format yang paling umum untuk pembelajaran mikro dan dapat digunakan untuk menyediakan akses cepat dan tepat waktu ke informasi tertentu.
  4. PDF Interaktif, memungkinkan rim data yang lebih panjang untuk dikemas dalam kelompok info yang bermakna yang dapat dijelajahi oleh pelajar dengan mudah.
  5. eBooks And Flipbooks, alat bantu kerja yang praktis, dimana saja kita dapat mengemas daya tarik visual dan interaktivitas yang hebat. Mereka multi-perangkat dan dapat menghasilkan output Dapat mengintegrasikan audio dan video untuk lebih meningkatkan dampaknya.
  6. Animated Videos, format populer yang dapat diadaptasi untuk membuat berbagai alat bantu belajar. Ini juga bisa menjadi bagian dari elearning tradisional (pengaturan konteks atau ringkasan pembelajaran)
  7. Whiteboard Animation, menjelaskan konsep melalui gambar (menampilkan ilustrasi, animasi, dan audio) menciptakan keterlibatan yang tinggi.
  8. Kinetic Text – Based animation, animasi teks (dengan efek suara) dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang diperlukan.
  9. Explainer Videos, sangat baik untuk memperkenalkan konsep dalam cara visual yang mudah dipahami. Tajam dan fokus, mereka dapat disejajarkan untuk memenuhi hasil tertentu dengan sangat efektif.
  10. Interaktif Video, pembelajaran berbasis video interaktif. Dapat menambahkan interaksi untuk menciptakan pengalaman belajar yang berdampak tinggi.

Doc Penulis

Ketika kita menggunakan data sekunder atau sumber data dari blog-blog terpercaya untuk pembuatan micro learning ini harus mencantumkan sumbernya.

Adapun Step Pembuatan Micro Learning, yaitu:

  1. Buatlah topik yang spesifik pada suatu mata kuliah
  2. Rancang konten ke dalam berbagai format, misalnya video
  3. Pastikan semua konten responsif pada semua device
  4. Kustomisasi program micro learning untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran

Tools and Platforms Micro Learning

  • Bisa menggunakan teks, dengan catatan di dalam teks tersebut terdapat grafik, gambar, peta, dll.
  • Video
  • Games
  • Kuis
  • Infographics
  • Multimedia Interaktif

Untuk prosedur pengembangan konten digital pembelajaran daring dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Mengkaji RPS terlebih dahulu
  2. Menyusun bahan ajar, yaitu dengan:
  • Membuat bagan pemetaan topik
  • Mengembangkan konten teks/ modul. Diktat untuk setiap pertemuan
  1. Membuat microlearning (berbagai format):
  • Mengembangkan naskah
  • Melakukan produksi
  1. Cek similarity atau jaminan mutu
  2. Kemudian pengunggahan konten

Untuk penempatan micro learning dapat dipolakan sebagai berikut:

 

Podcast Video Explainer Infografis Motion Grafis Quizziz/Google Form
PENGEMBANGAN MICRO LEARNING

Diharapkan dengan adanya kepelatihan ini ada produk micro learning yang dihasilkan, seperti:

No Produk yang Dihasilkan (Matakuliah semester ganjil 2021/2022) Alokasi (sesuai SBU UPI)
1 RPS  
2 Micro Learning (5 jenis)  
  a.      Bahan Ajar – Audio Podcast

b.     Bahan Ajar – Video Explainer

c.      Bahan Ajar – Infografis

d.     Bahan Ajar – Motion Grafis

e.      Soal Ujian  – Instrumen Evaluasi Daring

 

Micro learning memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:

  • Kelebihan Micro Learning
  1. Berpusat pada siswa
  2. Meningkatkan retensi pengetahuan
  3. Waktu lebih hemat
  4. Learning on the go
  5. Meningkatkan motivasi
  • Kelemahan Micro Learning, yaitu:
  1. Ketika pembelajar mengetahui pembelajaran akan berakhir dalam waktu singkat, mereka mungkin tidak sepenuhnya berpartisipasi dalam konten yang disampaikan.
  2. Hambatan teknologi, karena micro learning paling baik disampaikan melalui teknologi web.
  3. Untuk tujuan pembelajaran jangka panjang, sesi micro learning dapat berakhir sebagai fragmen konten yang tidak terikat secara berkesinambungan.
  4. Ada risiko peserta didik tidak akan dapat melihat gambaran besar ketika berpartisipasi dengan beberapa rangkaian micro learning, apalagi pembelajaran individual dan online.

Untuk meminimalisir kelemahan dari micro learning, dosen harus memberikan instruksi-instruksi. Seperti “Para mahasiswa tolong dinyalakan kameranya, jika tidak akan dianggap tidak hadir”. Sehebat apa pun teknologi perannya hanya sebagai tools saja, tidak dapat menggantikan perannya dosen yang tidak hanya mampu memberikan pengetahuan tetapi juga pendidikan karakter. Micro learning saat ini sangat penting sekali. Bahkan ada yang menyatakan bahwa “Tidak ada produk micro learning yang jelek, yang jelek itu ketika tidak mencoba membuat produk!”