Mahasiswa Baru, Jangan Kalah Apalagi Salah Start!

Penulis: Riki Ridwana (Dosen Pembina Kemahasiswaan Prodi SaIG)

Sumber foto: berita.upi.edu

Selamat telah menyandang status sebagai mahasiswa yang hanya 2% dari 260 juta penduduk Indonesia. Memulai langkah dengan status langka di negeri 17.500 pulau ini perlu seni tersendiri. Jangan kalah start apalagi salah ketika mulai menjalankan peran sebagai agen perubahan. Ibarat pembalap motor, posisi start turut menentukan siapa yang akan sampai di garis finish duluan. Saat ini adalah kesempatan terbaik untuk memulai kebiasaan-kebiasaan baru, menghilangkan kebiasaan tidak produktif di bangku sekolah. Sebelum semester awal perkuliahan dimulai semoga tulisan singkat ini memberikan penerangan untuk kalian mahasiswa baru.

  1. Awali dengan bersyukur, banyak yang tidak seberuntung anda diterima pada posisi saat ini bahkan bisa jadi usaha mereka lebih keras dan cerdas dari usaha yang anda lakukan. Maka sudah seharusnya bersyukur dengan meyakini bahwa pencapaian saat ini semata-mata bukan atas kerja keras dan kecerdasan melainkan atas pertolongan Allah ta’ala, seiring dengan lisan yang senantiasa memujiNya, kemudian merealisasikan syukur tersebut dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada dan selalu melakukan yang terbaik sampai titik batas kemampuan yang dimiliki. Syukur akan melipatgandakan pencapaian.
  2. Kokohkan niat, hadirnya di kampus tiada lain untuk menuntut ilmu menghilangkan kebodohan dalam diri sendiri dan orang lain. Kedepan bukan tidak mungkin akan banyak godaan yang menghampiri, disorientasi visi, ajakan-ajakan yang membuat kuliah terbengkalai, pergaulan yang tidak karuan, makanya sedari awal kuatkan niat untuk fokus pada perkuliahan. Jangan belajar hanya sebatas untuk bisa mengerjakan soal ujian, tapi niatkan untuk senantiasa menjaga ilmu supaya tidak lupa sampai dirasakan manfaatnya oleh banyak orang. Tujuan pendidikan yang sebenarnya bukan sebatas sampai lulus dan dapat bekerja di tempat yang diidam-idamkan, akan tetapi muara akhirnya adalah selamat sampai di surga nanti.
  3. Utamakan adab dalam menuntut ilmu, tidak akan mudah menyerap ilmu dari dosen tanpa mengedepankan adab. Apalagi jika timbul dalam diri merasa sudah bisa, menganggap remeh orang yang akan mengajarkan ilmu. Adab adalah mempraktekan akhlak mulia, salah satunya terkait cara berinteraksi terhadap dosen dengan penuh sopan santun baik dari tutur kata, sikap, dan komitmen untuk hormat baik saat ada di hadapannya maupun tanpa sepengetahuannya termasuk interaksi di media online. Sudah siap di kelas sebelum dosen datang bagian dari adab, memperhatikan dan mencatat apa yang disampaikan, mengikuti setiap arahan yang diutarakan, mengerjakan tugas yang diberikan secara maksimal dan tepat waktu, merupakan secuil contoh dalam mengutamakan adab dalam menuntut ilmu. Lebih rincinya adab ini berkaitan erat dengan mema tuhi setiap aturan yang berlaku di dalam kampus. Telah banyak orang-orang pintar di negeri ini, namun sayang tidak sedikit pula yang sombong dengan kepintaran yang dimilikinya. Jika mendahulukan adab, ilmu yang diperoleh tidak menjadikan pemiliknya besar kepala melainkan semakin memuliakan ilmu dan ahli ilmu.
  4. Skala Prioritas, hari-hari menjadi mahasiswa baru akan membuat waktu 24 jam sehari-semalam terasa kurang saking banyaknya kegiatan dan tugas perkuliahan. Menyusun jadwal rutin dan komitmen terhadapnya menjadi sangat penting supaya setiap amanah dapat diselesaikan dengan baik, namun perlu diketahui itu saja tidak cukup. Anda harus bijak menentukan skala prioritas memilih mana yang harus diutamakan dan menunda agenda yang tidak begitu penting. Mahasiswa dituntut tidak hanya unggul pada aspek akademis tapi juga organisatoris. Secara gamblang Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi memberikan penilaian untuk menjadi mahasiswa berprestasi harus memenuhi syarat memiliki ipk tinggi, aktif organisasi, karya tulis ilmiah, memiliki prestasi tingkat nasional, mahir berbahasa inggris dan memiliki karakter kepribadian yang baik.
  5. Jangan salah memilih teman, bukan berarti tidak boleh untuk menambah relasi sebanyak-banyaknya, tapi harus diperhatikan teman mana yang dapat meningkatkan potensi diri dan teman mana yang justru akan membuat diri tidak berkembang. Sungguh sangat terpuji jika seorang mahasiswa dapat mengarahkan temannya untuk rajin kuliah, mengerjakan tugas maksimal, lulus tepat waktu, mengajak aktif organisasi, meraih prestasi di berbagai kompetisi, akan tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lingkungan (teman) lebih besar efeknya untuk mempengaruhi seorang mahasiswa. Sebelum terlanjur dekat dengan orang yang tidak tepat selektiflah dalam memilih teman, sekalih lagi bukan maksud untuk “pilih-pilih” ini sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar dan berprestasi.