DUDUK GEMBIRA MILENIAL MELEK AGAMA “MEMANDANG TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI”

Penulis : Naurah Dliya UA

Editor : Indri Megantara dan Ivan Titannaka Akbar

Doc. Penulis

Lakum dinukum waliyadin

(Bagimu agamamu, bagiku agamaku).” (QS. Al-Kafirun: 5).

Sabtu (7/11) Departemen Kerohanian dalam Duduk Gembira 2 mekasanakan diskusi interaktif dalam rangkaian Milenial Melek Agama. Mengangkat tema Indahnya Bertoleransi, diskusi kali ini menargetkan kawula muda khususnya anak milenial agar memahami nilai-nilai toleransi dalam beragama.Bersama Husain Basyaiban, seorang content creator yang juga mahasiswa Ilmu Hadits Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya diskusi ini berlangsung interaktif.

Toleransi diartikan sebagai sifat atau sikap menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapatnya sendiri. Dalam pandangan barat toleransi (tolerance) dimaknai sebagai menahan perasaan tanpa protes (to endure without protest). Islam menyebut toleransi dengan kata tasamuh yang memiliki tasahul (kemudahan). Artinya, Islam memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk menjalankan apa yang ia yakini sesuai dengan ajaran masing-masing, tanpa ada tekanan dan tidak mengusik ketauhidan. Interaksi dalam hal muamalah bersama non muslim merupakan hal yang diperbolehkan, sebagaimana Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam yang juga pernah bermuamalah bahkan beliau dikenal sebagai pribadi teladan dalam hal berhubungan sosial.

Doc. Penulis

Dalam konteks sosial dan agama, toleransi dimaknai sebagai sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Toleransi beragama dalam suatu masyarakat dapat berupa hubungan harmonis dalam pergaulan sekitar tempat tingga tanpa adanya diskriminasi mayoritas terhadap minoritas dan tidak ada interpensi dalam kebebasan beragama. Laa ikraaha fiddiin, tidak ada paksaan dalam agama.

Toleransi tidak bermakna segala hal harus sama, karena toleransi secara esensial tidak akan berguna jika ujung ujungnya setiap perbedaan harus di samakan.  Menyikapi keberagaman hendaknya kita bertoleransi sesuai anjuran ajaran dan keyakinan masing masing juga berlapang dada atas perbedaan aturan aturan tersebut tanpa ada unsur menyinggung dan menindas satu sama lainnya.

Doc. Penulis

Salah satu kunci untuk mempertahankan keberagaman Indonesia yang terbentang dari ujung barat hingga ujung timur adalah dengan menjadi generasi yang penuh toleransi dan tetap berpegang teguh pada aqidah.

Wallahu a’la bishowab.